Mohon tunggu...
Yulida Hasanah
Yulida Hasanah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer and Mompreuner Peduli Generasi dan Keluarga

Hidup ini tempat menyemai pahala, dan menulis adalah salah satu media yang bisa mendatangkan pahala. Hanya orang beriman yang yakin akan hari ditimbangnya pahala dan dosa manusia selama hidup di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Berebut "Kursi" Menjadi Karakter Politik Demokrasi?

20 Juli 2019   11:00 Diperbarui: 20 Juli 2019   11:18 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Fakta menagih kursi atau bahasa tertutupnya adalah mengusulkan nama-nama menteri dari partai politik pendukung di atas adalah wajar dan biasa. Tidak menjadi masalah dalam demokrasi ketika parpol berebut kursi, karena mereka adalah parpol pengusung dari pasangan pemenang kontestasi. 

Inilah karakter politik demokrasi, tanpa malu lagi keserakahan untuk bisa mendapatkan jatah 'kursi' yang notabene, 'kursi' tersebut adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Tapi justru malah mereka perebutkan. Mengapa demikan?

Demokrasi, Politik Manusia-manusia Serakah Jabatan

Politik dalam demokrasi disebutkan sebagai kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan makna ini, maka bisa dikatakan rakyatlah yang menentukan 'standart' benar salah dalam hukum yang menjamin perkara kekuasaan tersebut. 

Dan ketikapun harus serakah, maka hal itu wajar menurut pandangan mereka sebagai manusia. Justru, jika keserakahan itu tidak dimiliki oleh elit politik termasuk Parpol, maka hal itu yang akan menjadikan mereka tersingkir dari arena politik demokrasi.

Jelaslah bahwa ketika manusia yang memiliki sifat serakah ini dibiarkan mengatur urusan dunianya termasuk urusan politiknya, maka keserakahan itu akan terus menjadi karakter dari hukum politik yang diambilnya. 

Sedangkan demokrasi adalah aturan buatan manusia, jika sistem politik ini terus diadopsi, jangan salahkan politikusnya akan menjadi politikus serakah, termasuk serakah terhadap 'kursi' kekuasaan.

Terlebih, manusia oleh Allah memang diciptakan memiliki sifat serakah, yakni tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki dan selalu menginginkan agar dirinya mepunyai lebih banyak dari pada yang lain. 

Namun, ini bukan potensi yang harus dilestarikan, melainkan wajib dijauhkan dari manusia. Butuh cara dan aturan untuk bisa menjauhkan manusia dari sifat serakahnya. Dan yang jelas, aturan tersebut bukan berasal dari manusia sendiri melainkan harus berasal dari Sang Pencipta manusia. 

Politik Islam, Memuliakan Dan Menjauhkan dari Sifat Serakah Terhadap Kekuasaan

Sungguh jauh berbeda ketika berbicara kekuasaan dalam politik Islam. Kekuasaan berupa Jabatan adalah sesuatu yang begitu berat bagi seorang muslim yang beriman, dan manusia telah diingatakan oleh Rasulullah Saw, betapa kursi kekuasaan itu bukan perkara yang main-main hingga dibuat 'guyonan'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun