Mohon tunggu...
Yulia yusuf
Yulia yusuf Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan dan penikmat sastra

guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tarian Kematian

27 Agustus 2016   23:26 Diperbarui: 31 Januari 2017   09:47 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: nola.com

Hiasan suling bambu yang menggantung di teras rumah berayun pelan ditiup angin,  tumbukan bumbungnya menghasilkan perpaduan suara gamelan Bali dan angklung Sunda yang merdu merayu. Melodi indah yang menghipnotis syaraf manusia untuk rehat menikmati gerimis senja yang menerlenakan. Aspal di jalan depan rumah telah basah. Hujan yang turun sejak sore mulai reda, meninggalkan buram di jendela rumah dan udara yang kian menusuk kulit. Aku rapatkan jaket adidas putih kesayanganku yang mulai kumal karena empat hari belum sempat berputar-putar di mesin cuciku yang mulai tua.

“Ma, mama mau ke mana?. Kok dari tadi berdiri di teras?” tanya Alya, putri kecilku yang masih berumur lima tahun dengan suara polos sambil memelukku manja.

Tanganku mengangkat tubuh mungilnya ke dadaku. Sekedar agar matanya yang bening bisa terlihat dengan jelas untuk meredam kegelisahanku karena menunggu mas Anto yang belum pulang.

“Mama tidak kemana-mana sayang. Mama menunggu papa yang sebentar lagi pulang”. Jelasku sambil berusaha menarik bibirku untuk membuat segaris senyuman.

Tapi bukan kebiasaan mas Anto pulang setelat ini. Dia selalu memberi kabar bila ada sesuatu yang menahannya untuk tepat waktu sampai di rumah. Makanan yang aku siapkan sepertinya sudah mulai dingin. Kopi dan teh manis hangat sepertinya juga bernasib sama, menjadi dingin karena terlalu lama menunggu tuannya. Tidak masalah pikirku, toh nanti saat mas Anto akan makan, aku bisa menghangatkan semua makanan dan minuman itu dengan cepat di microwave. Belum selesai pikiranku menebak-nebak mengapa suamiku belum pulang, teriakan Alya mengagetkan dan membuyarkan lamunanku.

“Mamaaa,... kakak nakal. Kak Bayu masukin laronnya ke baju Alya” rengek putri kecilku sambil mengibas-ngibaskan roknya.

Aku diam sesaat, berusaha menarik seluruh kesadaranku ke tempatnya semula. Berusaha memahami apa yang tengah terjadi di depanku.

“Ooo,... kakak cuman godain kamu sayang” kataku menenangkan Alya.

“Tapi Alya takut digigit Laron maaa...” rengek Alya sambil duduk merangsek di sebelahku.

Kedua kakinya diangkat ke atas sofa lalu ditekuk. Kemudian kaos putihnya yang longgar ditarik untuk menutupi seluruh kakinya agar laron yang di ruang tamu tidak hinggap di kakinya. Wajah manis Alya terlihat takut. Tapi aku tahu, itu hanya ekspresi pura-puranya untuk menikmati permainan yang tengah ia lakukan bersama kakaknya. Aku tahu, sebentar lagi kakaknya akan mencarinya dan mereka kembali bermain bersama.

“Alyaaa!!, lihat!!,...Kakak dapat 5 ekor” seru Bayu dari ruang tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun