Mohon tunggu...
Yulia yusuf
Yulia yusuf Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan dan penikmat sastra

guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apalah Arti Sebuah Angka

22 Mei 2020   09:28 Diperbarui: 22 Mei 2020   09:31 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rekor Nasional pecah kemarin, Kamis (21/5)_sehari setelah peringatan hari kebangkitan Nasional 20 Mei 2020. Ada tambahan 973 kasus positif Covid-19 baru di Indonesia, sehingga total 20.162 kasus pada kamis kemarin, bayangkan hampir seribu kasus dalam sehari dan penyumbang terbesar angka 973 itu adalah Jawa Timur di mana saya tinggal.

Ah,... masih 973, belum seribu, gitu aja sudah heboh. Brazil aja yang kemarin dalam sehari ditemukan 20.000 kasus Corona baru juga biasa aja. 

Bahkan WHO pada hari Selasa (19/5), mencatat 106.662 kasus baru dalam sehari dari seluruh dunia juga tidak mengubah apapun. Itu hanya angka _coy_, sarat manipulatif.

Mungkin ada yang nyinyir seperti itu saat mendengarkan laporan jubir pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad yurianto yang dokter dan baru saja menerima penghargaan PR of The Year Award 2020 itu.

Padahal angka yang hampir mencapai 1000 dalam sehari termasuk tinggi mengingat pemerintah sudah berikhtiar mati-matian mengedukasi masyarakat untuk jaga jarak, cuci tangan, memakai masker termasuk adanya kebijakan PSBB bersama sederet sanksinya itu.

Angka 1000 per hari itu ya jangan dibandingkan dengan 20.000 per hari di Brazil. Kalau hitung-hitungan matematis seperti itu memang angka 1000 per hari masih kelihatan kecil daripada yang 20.000. Dengan kata lain pertumbuhan pasien positif Covid-19 di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan Brazil dan Amerika.

Tapi coba tengok tetangga kita Malaysia, per tanggal yang sama, kemarin (21/5) hanya ditemukan 50 kasus baru Corona, sementara kasus baru tertinggi terjadi pada tanggal 27 Maret yang angkanya hanya 235 saja. 

Coba kita tengok tetangga kita satunya lagi Singapura, negara seluas pulau Madura yang terkenal dengan kecanggihan pengobatannya ini juga awal-awalnya terlihat kedodoran menghadapi Corona, jumlah kasus positif yang ditemukan 29.812 kasus, hampir dua kali lipat kasus di Indonesia, tapi untuk jumlah kematian akibat Corona, kita harus menutup muka menahan malu, jumlah kematian di Singapura hanya tercatat 24 pasien saja. Jauh, jauh dan sangat jauh dibandingkan jumlah kematian di Indonesia yang sudah tembus 1278 jiwa itu.

Kurva pertumbuhan kasus Corona di Indonesia belum menunjukkan trend melandai, malah kurva kasus menuju pada klimaks serangan pertama Covid-19. Kita tidak ada yang tahu kapan kurva itu akan turun dan kita bisa sedikit bernafas lega. Kurva kasus masih terus menanjak dengan angka-angka yang kian mengerikan.

Walaupun penemuan kasus baru Corona kemarin sangat tinggi, tetapi tidak membuat masyarakat takut untuk keluar rumah. Himbauan physical distancing hingga pemberlakukan PSBB seolah angin lalu ditelan hiruk pikuknya persiapan lebaran yang datang sebentar lagi. Bagaimana ingat dengan angka 973 kasus baru per hari bila di saat yang bersamaan THR dengan nominal lebih besar dari 973 sudah ada di tangan.
Gamis, baju koko, hijab hingga sarung sudah melambai-lambat memanggil calon pemiliknya.

Masyarakat sudah tidak peduli 1278 jiwa meninggal karena Corona, bagaimana peduli bila tuntutan dapur agar periuk tetap mengebul lebih nyaring bunyinya daripada himbauan pemerintah untuk tetap duduk manis di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun