Mohon tunggu...
Yulia Rahmawati
Yulia Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya

Menulis adalah salah satu cara mengabadikan ingatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Kakek Sebatang Kara

31 Agustus 2022   23:10 Diperbarui: 31 Agustus 2022   23:13 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aroma suasana desa yang harum

Gemertak ramai suara sepeda para bapak pergi ke ladang

Suara  riuh ibu-ibu mengerubuti para sayur sayur yang terikat

Mataku tersrorot pada seorang kakek tua yang memegang cangkir butut ditangannya

Matanya menerawang jauh menembus segala keramain pagi ini

Tak terbaca pikirannya

Hanya sendu yang terpancar dari surai putihnya

Tangannya berganti mengadah di depan dada

Ku dengar suara sayup lirih yang terbawa angin segar pagi

Dikatakannya  ingin menemui anak cucunya yang tinggal di hutan beton kota sana

Sebelum raganya kembali pada dzat yang mengadakannya

Begitu kiranya rintihan harap si kakek sebatang kara

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun