Mohon tunggu...
Yulia Rahmawati
Yulia Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya

Menulis adalah salah satu cara mengabadikan ingatan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merebaknya Online Marketplace dan Dampaknya Terhadap Konsumerisme Masyarakat

18 Juli 2022   14:51 Diperbarui: 18 Juli 2022   14:54 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan teknologi dan informasi semakin hari kian menunjukkan peningkatan yang signifikan. Perkembangan tersebut membuat penggunaan internet juga kian masif. Mungkin hampir seluruh masyarakat Indonesia tidak asing bahkan akrab dengan namanya internet. Dilansir dari Kompas, pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2022 mencapai 210 juta jiwa. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada bulan Januari tahun 2020 (Kompas, 2022). Data ini menunjukkan bahwa memang internet bukan hal yang asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Pada umumnya masyarakat menggunakan internet untuk belajar, bekerja, sekadar main-main atau bahkan mungkin untuk berbelanja.Salah satu kemudahan yang bisa kita dapatkan dengan internet adalah belanja secara online. Belanja online mungkin sudah terdengar sejak lama namun tren belanja online meningkat di masa pandemic Covid-19 sehingga banyak bermunculan E-commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan. E-Commerce merupakan sebuah wadah baru dalam berbelanja dan berbisnis yang memanfaatkan fasilitas internet yang dapat memangkas biaya operasional kegiatan perdagangan (Hanifah & Rahadi, 2020). Mengutip data dari GlobalWebIndex, Indonesia merupakan negara dengan tingkat adopsi e-commerce tertinggi di dunia pada 2019. Sebanyak 90 persen dari pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun di Indonesia pernah melakukan pembelian produk dan jasa secara online.

Salah satu bentuk dari kecanggihan E-Commerce adalah marketplace. Marketplace adalah platform tempat dimana bertemunya antara penjual dan pembeli. Menurut Opiidaa, online marketplace merupakan media online berbasis internet yang digunakan sebagai tempat transaksi bisnis dimana pembeli bisa mencari penjual sebanyak mungkin sesuai yang diinginkan. Singkatnya penjual dan pembeli akan bertemu secara virtual di dalam sebuah website atau media lainnya yang telah disediakan oleh pemilik perusahaan online marketplace. Setelah pembeli merasa cocok dengan harga dan barang yang ditawarkan maka penjual akan segera mengirim barang ke alamat penjual.Banyak sekali jenis online marketplace yang digunakan masyarakat diantaranya yang sering digunakan masyarakat adalah Shopee, Tokopedia, BukaLapak, JD.ID, Lazada dan masih banyak lagi jenis e-commerce lainnya. 

Tren belanja online meningkat dikarenakan di masa pandemi masyarakat banyak menghabiskan waktu di rumah saja (social distancing) sehingga mereka lebih memilih untuk berbelanja secara online. Mereka berpikir bahwa dengan belanja online selain tidak harus pergi keluar rumah , belanja online juga dirasa efektif dan efisien. Selain kemudahan dan keefektifan, banyaknya diskon dan promo yang ditawarkan online marketplace juga menjadi salah satu mengapa masyarakat lebih memilih berbelanja secara online. Flash sale, diskon 10.10, gratis ongkir, dan serba seribu merupakan sedikit dari banyaknya promo dan strategi bisnis yang dilakukan online marketplace untuk menggaet konsumen. 

Kemudahan akses serta banyaknya promo yang menggiurkan inilah yang menyebabkan masyarakat semakin massif untuk berbelanja online sehingga munculah masyarakat yang konsumerisme. Konsumerisme adalah budaya dimana orang-orang akan berbelanja atau membeli suatu barang dengan apa yang diinginkan bukan dibutuhkan. Mereka tidak lagi membeli karena kebutuhan melainkan keinginan dan kesenangan belaka. Konsumerisme akan berujung pada hidup boros. Konsumerisme seringkali muncul karena adanya proses interaksi yang merangsang ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan pembaruan (inovasi). Menurut Zygmut Baumant, konsumerisme adalah situasi dimana orang membeli berbagai barang semata-mata hanya untuk kesenangan membeli, bukan karena memerlukan kebutuhan itu. Konsumerisme akan cenderung mementingkan nafsu daripada kebutuhan yang harus lebih dahulu untuk dicukupi .

Kemudahan dalam akses berbelanja, banyaknya diskon serta promo yang ditawarkan oleh online marketplace membuat budaya konsumerisme kian menguat. Hal yang menjadi faktor tertinggi dalam menarik minat konsumen adalah pemberian diskon. Diskon atau potongan harga dalam penjualan merupakan salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Semakin besar diskon yang ditawarkan maka akan semakin besar pula keinginan konsumen untuk membeli (Dewi & Prihanto, 2018). 

Selain itu konsumen akan cenderung tergiur dengan banyaknya promo dan gratis ongkir yang disuguhkan oleh online marketplace serta ditambah dengan tidak mengharuskan keluar rumah untuk mendapatkan suatu barang menjadi salah satu faktor masyarakat menjadi konsumtif. Apalagi pada kalangan remaja yang seringkali berada pada usia dimana saling unjuk eksistensi dengan penunjukan barang-barang yang dimiliki. 

Remaja akan berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan atas status sosial mereka dengan cara membeli barang-barang yang dinilai mewah dan berkelas. Hal inilah yang nantinya akan menyebabkan masyarakat menuju ke masyarakat hedonism. Masyarakat dengan gaya hidup hedonism akan berpenampilan modis dan sangat memperhatikan penampilan sehingga terciptalah hidup boros. 

Online marketplace sebenarnya membawa dampak yang positif apalagi di tengah pandemi saat ini. Seseorang akan mudah untuk mencari barang dan apapun yang dibutuhkan hanya dengan handphone ataupun PC yang dimiliki. Mereka tidak perlu repot harus keluar rumah dan mencari kesana-kemari.

 Selain itu online marketplace juga membuka peluang usaha bagi masyarakat yang bermodal kecil yang biasanya kesulitan untuk menyewa tempat. Mereka hanya cukup menampilkan katalognya di online marketplace dan tidak perlu repot-repot menyewa tempat untuk berbisnis. Disamping itu para penjual juga mudah untuk memasarkan barang yang mereka jual mengingat hampir seluruh masyarakat telah mengenal online marketplace.

Pandemi Covid-19 membuat online marketplace semakin menunjukkan eksistensinya. Kebijakan sosial distancing membuat masyarakat jauh lebih senang berbelanja online daripada harus keluar rumah. Selain aman dan mudah, online marketplace seringkali menawarkan berbagai promo yang menarik pelanggan untuk terus berbelanja online. 

Di samping dampak positif dengan adanya online marketplace, dampak negatif juga mulai muncul menghantui. Dengan adanya kemudahan serta iming-iming diskon dan promo, masyarakat akan cenderung dimanjakan dan muncul keinginan untuk terus membeli. Hal ini yang menyebabkan konsumerisme terus terjadi di tengah masyarakat. Konsumerisme membuat seseorang hanya akan memikirkan waktu sekarang dan cenderung abai pada kehidupan mendatang. Seorang yang konsumerisme tidak akan mempunyai keinginan menabung karena mereka selalu memiliki hasrat dan keinginan untuk terus melakukan pembelian walau barang tersebut sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun