Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan

21 Maret 2021   00:34 Diperbarui: 21 Maret 2021   00:58 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tinto mendapat  undangan reuni para  pensiunan kantornya. Entah mengapa  dia  malas,  banyak kenangan yang sebenarnya  tak  ingin diingatnya,  tentu  saja kenangan  buruk di tempat  pekerjaannya.  

Kekecewaan yang akhirnya ke level ' pasrah'. Selamat datang ke hutan belantara, kata orang.  Orang yang solid justru sulit sekali naik pangkat di tempatnya,  sementara  yang suka main jegal,  tukang menyuruh,  tukang  adu domba atau tukang  yang bisa memenuhi standar 'asal bos senang',  melejit kariernya,  begitu  juga yang ' asal ada uang jalan,  tak  ada mending diam'  yang akhirnya jadi meroket tinggi  kariernya. Lalu dirinya  bertanya pada  dirinya' bertahan atau pindah'.  Dia tidak  ingin seperti  mereka,  dia ingin bekerja sebaik mungkin. Tak  peduli teman  ternyata  musuh,  dia tak ingin  mencari  musuh. 

Level keprasahan akhirnya  menang,  dia memikirkan kebutuhan  keluarganya dan gaya lugunya tidak akan menang di hutan rimba yang ganas. Jadi dijalaninya semua sebaik mungkin.  Diacuhkannya segala  gundah gulana karena dia ingin bekerja dan tak butuh dilihat.. Suatu ketika  teman seangkatannya menjadi atasannya,  Tinto lumayan terkejut  dan akhirnya  setelah tahu siapa  di balik semua kemudahan itu,  dia tidak lagi kaget.

Perusahaan  yang hampir  semua karyawannya punya kerabat, hanya dia sepertinya yang tak  memiliki  kerabat. Berdasarkan tes  murni dan keberuntungan menyertainya. Ketika  membuat kesalahan,  tak akan ada pembelanya. 

Namun tidak keberuntungan selanjutnya,   suatu ketika ada anak buahnya yang melakukan kesalahan,sebagai atasan dari karyawan yang melakukan kesalahan itu,  dia harus bertanggung jawab,   jika orang lain mungkin tidak sekeras hukuman skorsing yang dijalaninya . Tahun berlalu dan dirinya  seperti  jalan di tempat, namun entah  kenapa  dirinya merasa tidak memiliki beban.

Akhirnya karena terus didesak temannya untuk datang ke reuni,  dengan sikap  masih seperti  dulu yang sederhana serta menjalani hidupnya tanpa mengalami 'sindrom paska pensiun, dia datang.  

 Begitu banyak perubahan  yang mengejutkan,  kehidupan  yang berubah sangat  drastis,  yang dulunya hidup  bergelimang uang karena bekerja  di lahan basah,  kini hampir  tak  terlihat  semua itu. 

Ada yang bahkan bercerai  setelah  pensiun, ada yang uangnya  habis  untuk  berobat,    segala sesuatu jungkir balik. Ada yang terlihat  begitu tua dengan cepat.

Entah  hanya di benaknya atau kenyataannya, dirinya merasa tak  berubah banyak,  keberuntungan  dan kesuksesan anaknya justru sudah cukup  menghibur hati dan membuat hidupnya  tentram. 

Jalan,  jalan yang tak pernah dimengertinya,  namun dirinya tahu benar dia telah pernah memiliki jalan yang sesuai yang ia  lewati dengan  penuh totalitas. 

 Cerita rekaan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun