Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Money

Cabai, Petani, dan Penjual Makanan

8 Maret 2021   16:42 Diperbarui: 8 Maret 2021   17:22 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi,  lahan tanaman cabai

Sebagai seorang  suami yang  sering mengantarkan  istri belanja,  saya jadi mengetahui bahwa kali ini harga cabai memang luar biasa. Meskipun di dekat rumah banyak petani cabai,  tetapi  tetap  saja kami membeli di pasar atau warung sayuran,  kadang juga di supermarket,  tetapi juga berfikir ulang tentang  selisihnya yang lumayan.  Kadang sedikit  juga tak mengapa.

Di sekitar rumah juga banyak petani cabai,  kadang melihat dari kejauhan,  mulai dari pemiliknya memperkerjakan beberapa orang untuk menggali tanah dan membuat gundukan tanah,  lalu ditutup semacam plastik yang berlubang untuk menyemai bibit cabai. 

Satu persatu lubang plastik tadi  ditusuk dengan kayu untuk menaruh bibit cabai. Yang semula sudah ada di poli bag,  dipisahkan satu demi satu. Setelah agak besar dibuatlah semacam  penyangga  dari bambu kecil  untuk menyangga tanaman. 

Sekitar galian tanah dialiri air,  kadang saya melihat petani cabai itu membawa pipa untuk pengairan tanah tadi. 

Secara berkala disemprot semacam anti hama. Sesekali petani mengecek tanaman yang menurut saya sangat  butuh ketelatenan. 

Setelah beberapa  bulan,  cabai  mulai berbuah,  pemilik lahan tanaman cabai tadi  memperkerjakan beberapa  orang untuk memanen cabai,  dipilih yang bagus dan yang puso atau tidak bagus  hasilnya dibiarkan mengering.  Hasil panen biasanya dijual di semacam  koperasi terdekat. 

Setelah tanaman kering,  dicabut dan dibakar,  lahan kembali diolah untuk menanam tanaman lain. Nampaknya mudah tetapi sesungguhnya butuh  ketelatenan.  

Harga cabai  mahal biasanya karena antara stok dari petani dan permintaan pasar tidak  seimbang ataupun petani  banyak yang gagal panen..

Yang paling tinggi harganya adalah cabai rawit merah,  di atas seratus ribu  perkilogram. Padahal yang dipakai oleh penjual  ayam geprek maupun penjual lotek,  tahu guling,  ketoprak adalah cabai  rawit merah . Makanya saat ini penjual juga mematok harga khusus untuk tambahan  cabai,  karena ada yang punya kebiasaan pesan lotek dengan  sebelas cabai,  cerita  seorang  penjual lotek. Demikian juga dengan  ayam geprek  ataupun  ayam penyet. Ayam goreng yang memakai sambal trasi pun mengurangi porsi sambal untuk lalapannya. 

Untuk penjual gorengan,  di saat cabai  mahal begini,  tidak  menyediakan cabai.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun