Mohon tunggu...
yulianto liestiono
yulianto liestiono Mohon Tunggu... Freelancer - perupa

Lahir di Magelang. Pendidikan terakhir ISI (Institut Seni Indonesia )Jogjakarta. Tinggal di Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Karya I Nyoman, Cokot dan Cokotisme

10 November 2020   22:16 Diperbarui: 10 November 2020   23:38 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ajakan untuk menulis dan membahas COKOTISME oleh CDL, adalah sebuah tawaran yang harus disambut dengan antusias. Mengapa demikian?

Karena hali ini sejalan dengan apa yang sering saya pikirkan , karena nyatanya dunia seni rupa  sudah menjadi  dunia kehidupan saya. Dunia yang saya sebut sebagai takdir yang "tak terhindarkan". 

Dunia seni rupa mulai menjadi bagian  hidup saya sejak SD karena saya nyaris selalu mewakili sekolah dalam lomba gambar, demikian pula ketika SMP, SMA saya juga sering terlibat di berbagai kegiatan seni rupa hingga saya kuliah di ASRI Jogja dan berubah menjadi ISI Jogja dan diteruskan dengan berbagai kegiatan di Jakarta. 

Tahun 1987 saya masuk ke Jakarta dan tinggal sampai saat ini. Kegiatan melukis tetap saya lakukan selain berkegiatan di bidang periklanan. Hingga pada periode ditengah krisis 1998 saya mendirikan dan mengelola Galeri Seni Rupa Millenium ( 1998 -2004 ). Dan selanjutnya berkegiatan mengajar dan mendirikan berbagai kelas lukis non formal dan kegiatan lainnya.

Tentang Gaya seni rupa atau isme

Banyak orang tahu tentang gaya dalam seni rupa, khususnya seni lukis. Gaya lukisan dapat dikatakan sebagai tanda tanda yang muncul pada periode seni rupa modern khususnya di Eropa. Beberapa gaya lukisan yang populer atau banyak dikenal diantaranya, Dekoratif, Realis, Naturalis, Impresive, Ekspresive, Pontilis, Kubisme, Surealis, Abstrak, Optik Art dan Pop Art. 

Kehadiran atau lahirnya gaya tersebut tentu sangat berkaitan dan bahkan sebagian besar lahir karena merespon atau menentang gaya yang sedang populer di jamannya, dan ada pula yang lahir karena  merespon disiplin ilmu lainnya. Misal Surealis yang dekat dengan Psikologi. Pointilis derkat dengan teknologi cetak/printing. Pop Art dengan perkembangan budaya baru (kemasan, produk dan lainnya). 

Perubahan perubahan seperti ini adalah keniscayaan karena dunia seni rupa adalah dunia kreatifitas yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat. Perkembangan atau perubahan gaya dalam seni lukis  juga  terjadi juga dalam seni patung.

Gaya dalam seni rupa ternyata tidak menunjuk atau berdasar pada karya / nama seseorang, karena gaya dalam seni rupa menunjuk atau berdasar pada ciri ciri umum (utamanya ciri fisik/teknis) dalam karyanya. Misal pada lukisan abstrak, sebutan lukisan abstrak disematkan  kepada karya karya yang hanya menggunakan atau menampilkan susunan berbagai element rupa, seperti garis, warna , bentuk dan lainnya. 

Lukisan abstrak tidak menggambarkan atau me-representasi wujud atau gambaran tertentu (yang kasad mata). Pengertian abstrak juga sering dihubungkan dengan karya nir mana . Dengan demikian siapa saja yang melukis dengan batasan tersebut diatas maka ia dapat digolongkan sebagai pelukis abstrak.

Walau pada prakteknya lukisan abstrak sering juga digeser atau didekatkan dengan bentuk bentuk yang kasad mata, namun bentuk tersebut lalu di kaburkan atau hanya dikesankan. Model lukisan seperti  ini dapat disebut sebagai abstrak figuratif ( abstrak yang mengaitkan figur tertentu walau samar/tidak sempurna). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun