Mohon tunggu...
Feby Dwi Sutianto
Feby Dwi Sutianto Mohon Tunggu... -

a learner

Selanjutnya

Tutup

Money

Andai Raja Salman itu Jokowi

26 Februari 2017   10:59 Diperbarui: 26 Februari 2017   20:00 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja Salman (dok: Reuters)

Indonesia akan menerima kunjungan bersejarah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud. Terakhir kali, Raja Arab Saudi mengunjungi Indonesia pada Juni 1970 atau 47 tahun silam.

Tak hanya datang sendiri, sang raja juga akan membawa 1.500 orang, 10 menteri, dan 25 pangeran. Kunjungan Raja Salman dari negara produsen minyak itu juga berjanji membawa 'bingkisan' berupa komitmen investasi sampai US$ 25 miliar atau setara Rp 332,8 triliun (kurs US$ 1 = Rp 13.313).

Raja Salman akan melakukan kunjungan kenegaraan ke beberapa lokasi di Jakarta (1-3 Maret 2017), sisanya, sang raja bersama rombongan akan berpesiar di Pulau Seribu Pura, Bali. 

Yup, liburan sang raja yang dipersiapkan secara khusus di Bali rencananya menghabiskan waktu 6 hari (4-9 Maret 2017). Meski sang raja belum tiba, namun berbagai perlengkapan seperti eskalator khusus sampai kendaraan telah tiba di tanah air. Parkir pesawat rombongan Raja Salman pun telah dipersiapkan karena kunjungan kali ini akan membawa 7 pesawat Boeing berbagai varian

Lantas bagaimana sebetulnya ekonomi Saudi Arabia, sampai sang raja bisa menikmati 'bonus' liburan melebihi waktu kunjungan dinasnya?

Berdasarkan data International Monetary Fund (IMF), pendapatan Saudi pada tahun 2011 sebesar SAR 1.117,79 miliar (local currency: Riyals), kemudian 5 tahun berselang (tahun 2016) menjadi SAR 553,78 miliar atau turun 50,4%. 

Anjloknya pendapatan Saudi bukan tanpa sebab. Turunnya harga minyak dunia menjadi pemicu mengecilnya sumber pendapatan Saudi. Menurut data CNN, sekitar 80% pendapatan Saudi disokong oleh minyak. 

Turunnya indikator ekonomi Saudi juga terlihat pada angka Gross Domestik Product (GDP-currenct price). Tahun 2011 (versi IMF), GDP Saudi US$ 669,50 miliar kemudian turun 4,7% menjadi US$ 637,78 miliar di akhir 2016. 

Pada tahun 2015, Pemerintah Saudi terpaksa harus mencari utang US$ 4 miliar untuk menutup defisit anggaran yang kala itu mencapai $97,9 miliar. Selain dipicu turunnya pendapatan negara dari minyak dan gas, defisit anggaran juga dipengaruhi oleh langkah Saudi di Yaman. Pemerintah Saudi terlibat perang di Yaman sehingga harus mengeluarkan 'belanja' untuk perang.

Bagaimana 'Sumbangan' Investasi Saudi ke Indonesia?

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Arab Saudi di Indonesia selama tahun 2016 sebesar US$  0,9 juta dengan 44 proyek. Saudi menduduki peringkat 57, dari negara-negara yang menanamkan investasi (Foreign Direct Investment/FDI) di Indonesia. Peringkat pertama hingga ketiga untuk realisasi investasi asing di Indonesia adalah Singapura (US$ 9,17 miliar), Jepang (US$ 5,4 miliar), kemudian China (US$ 2,66 miliar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun