Mohon tunggu...
Veronica Yuliani
Veronica Yuliani Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Menulis untuk berbagi dan menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Mendampingi Korban KDRT?

11 Januari 2023   09:14 Diperbarui: 11 Januari 2023   09:24 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya selalu bertanya kepada Tuhan, mengapa di keluarga saya juga tidak ada titik balik seperti keluarga-keluarga yang lain. Hingga kini, saya sungguh tak memahami di mana hal baiknya rencana Tuhan di balik kehidupan yang tak seperti tidak ada damai yang kami jalani sejak kecil hingga hari ini.

Saya sering kali berkata dalam hati, tak apalah kami hidup sederhana bahkan miskin asal keluarga rukun. Setidaknya semua bisa dibicarakan baik-baik. Semua bisa diusahakan bersama. 

Keluarga adalah sarang, rumah untuk kembali pulang ketika  anak-anak sedang tak baik baik saja. Tetapi bagaimana hendak pulang jika di rumah juga tidak ada damai sejahtera?

Saya seringkali terharu dan hampir menangis setiap kali melihat kakek nenek atau sepasang suami istri yang selalu berdua bersama. Saya merindukan ibu dan ayah saya juga bisa seperti itu.

Saya sangat menyayangi ibu saya. Bagi saya dia adalah harta yang paling berharga dalam hidup saya. Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa ibu. Bukan berarti saya tidak menyayangi ayah saya. Saya juga menghormati dan menyayanginya. Hanya saja, ada kerinduan supaya keluarga rukun damai sejahtera.

Saya juga tidak tahu bagaimana mendampingi menguatkan ibu saya yang selalu menerima kata-kata dan perlakuan tidak baik dari ayah saya. Saya hanya berdoa dan berusaha membantu secara keuangan supaya mengurangi intensitas ayah saya mengamuk.

Mungkin para kompasioner yang memiiki pengetahuan dan pengalaman mendampingi korban KDRT bisa berbagi saran di kolom komentar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun