Mohon tunggu...
Veronica Yuliani
Veronica Yuliani Mohon Tunggu... Guru - Guru bahasa yang jatuh cinta dengan cello, panflute, dan violin.

Menulis untuk berbagi dan menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa Itu Cinta?

25 Februari 2020   16:22 Diperbarui: 25 Februari 2020   16:25 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perjalanan Cinta 

Semalam, susah payah saya mengatasi rasa rindu yang ternyata memang tepat seperti kata Dilan, berat.  Setelah puas menumpahkan mutiara-mutiara berharga, pikiran saya mulai bekerja. Saya mulai mengingat berapa kali saya mengalami perasaan seperti ini, suka, sayang, simpatik, cinta atau apapun itulah namanya.

Waktu SMA, dulu saya pernah mengirimkan surat cinta kepada kakak kelas. Dan hasilnya ditolak, hahaa.. Sebenarnya, saya sangat malu jika mengingatnya . Entah dari mana keberanian itu datang hingga saya berani mengutarakan rasa suka, padahal saya ini wanita. Tapi hal yang menarik adalah beberapa waktu berlalu ketika dia, kakak kelas saya itu potong rambut, lantas tiba-tiba ketertarikan saya mendadak lenyap begitu saja. 

Setelah itu saya kembali tertarik dengan kakak kelas yang lain yang sampai hari ini namanya saya abadikan sebagai tanda tangan saya. Waktu kuliah saya menjalin relasi dengan seorang pria hingga empat tahun. Karena satu dan lain hal akhirnya saya memutuskan untuk berpisah. Apakah sekarang perasaan suka itu kini masih ada? Tidak.

Beberapa waktu yang lalu seseorang mengirimi saya sebuah lagu. Kira-kira beginilah liriknya:

Dari yang sudah sudah
Cinta hanyalah bualan
Dari yang sudah sudah
Hanya rasa tanpa tujuan
Aku ingin berhenti
Lelah aku mengarungi
Aku ingin bersandar
Menikmati bintang berpijar
Uuuu... sampai nanti
Sampai kita bertemu kembali
...

(Mercusuar-Kunto Aji).

Saya jadi berpikir, apakah cinta itu? Apakah hanya emosi sesaat? Begitu mudahnya rasa itu hilang dan berganti.

Cinta yang nyata 

Saya pernah bercerita bahwa saya sejak SMP sampai SMA sekolah karena beasiswa. Saya bisa kuliah juga karena kerelaan hatinya (cinta) yang besar yang kakak berikan kepada saya. Pengalaman dicintai dan disayangi itulah yang menimbulkan perasaan ingin mencintai dan mengasihi orang lain dengan berbagi. Oleh karena itulah, sewaktu masih kuliah saya berkata dalam hati, kelak jika sudah bekerja saya ingin mempunyai anak asuh. Saya ingin membantu anak-anak yang pandai namun tidak mampu secara ekonomi.

Di tahun 2010 impian saya untuk mempunyai anak asuh terwujud. Waktu itu saya menemui mantan guru SMA saya. Saya bertanya apakah saya bisa membantu sedikit biaya pendidikan satu anak yang pandai tetapi dari keluarga kurang mampu. Saya menyisihkan uang seratus ribu tiap bulan dan saya kirimkan kepada guru saya lewat rekening yayasan. Setelah enam bulan berlalu guru saya baru memberi kabar bahwa uang yang saya kirim katanya tidak masuk. Entah masuk ke rekening yayasan yang mana. Saya tidak tahu cara mengurusnya akhirnya program itu terhenti begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun