Tahun 2022 lalu, saya pernah menulis tentang Makna Tri Hari Suci Paskah dengan cukup detail bagaimana prosesi tersebut di lakukan dalam Gereja Katolik di seluruh dunia. Mulai dari perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, sampai pada Minggu Paskah. Saya tidak mengulang lagi tulisan yang serupa tetapi di sini saya ingin berbagi sebuah refleksi diri yang cukup mendalam tentang makna perayaan hari ''Jumat Agung'' meskipun sudah lewat beberapa hari yang lalu. Hehehe
      Tepat setelah perayaan misa Jumat Agung selesai, malamnya saya menulis sebuah catatan di Handphone sebagai refleksi pribadi yang digambarkan melalui kedua murid Yesus yakni Yudas Iskariot dan Petrus, yang dimana dari kedua belas murid Yesus hanya kedua murid ini yang paling menonjol hubungan kedekatannya dengan Yesus. Yudas Iskariot adalah salah satu murid Yesus yang mengkhianati Yesus, dia yang memberitahu para imam kepala dan prajurit mengenai keberadaan Yesus di taman Getsemani untuk menangkapNya, dan Yudas memberikan tanda ciuman sebagai penanda bahwa Dialah Yesus agar mereka bisa menangkapnya. Yesus pun sudah tahu bahwa yang menyerahkan diriNya adalah salah satu anak muridNya yakni Yudas Iskariot.
      Apa yang telah dilakukan Yudas Iskariot terhadap Yesus adalah supaya genaplah firman Tuhan. Dalam bacaan Injil Yohanes 18:9 di katakan ''Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakanNya'' dan ditegaskan lagi pada ayat 32 ''Demikianlah hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakanNya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.''
      Yohanes 18:37 juga mengatakan ''Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dunia ini, supaya Aku memberikan kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.'' Artinya, tanpa perbuatan Yudas firman Tuhan mungkin tidak akan digenapi seperti yang tertulis pada ayat 32 dan ayat 37 di atas. Perbuatan Yudas kepada Yesus secara akal manusiawi tidak dapat diterima, namun begitulah cara Tuhan menunjukan kuasaNya untuk membebaskan kita dari maut dan belenggu dosa. Ia rela menderita dan wafat sampai di kayu salib.
      Yudas dan Petrus sebetulnya adalah representasi kehidupan kita di dunia ini. Kadang kita seperti Yudas  lemah di hadapan Tuhan karena lebih mementingkan hal duniawi seperti uang, kekuasaan, dan jabatan, dari pada relasi dengan Tuhan. Kadang kita seperti Petrus; sudah dekat dengan Tuhan bahkan melihat sendiri mujizat-mujizat yang dilakukan Tuhan tetapi sebagai manusia biasa tetap bisa punya rasa ragu, takut, bahkan salah arah, dan saat kehilangan arah malah nyari solusi yang bukan dari Tuhan ke dukun misalnya, inilah bentuk penyangkalan diri kepada Tuhan.
      Dari kedua murid Yesus ini, ada satu pelajaran penting sebagai refleksi diri kita yakni Petrus bertobat dan kembali menjadi murid yang taat kepada Yesus. Yudas memilih untuk putus asa karena ia sangat menyesal dan malu bahkan merasa dirinya tidak layak dan pantas berada di dekat Tuhan lagi, setelah perbuatan yang ia lakukan kepada Yesus. Padahal ''kasih'' dan ''pengampunan'' Tuhan tetap terbuka untuk siapapun yang ingin kembali kepadaNya, termasuk Yudas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI