Mohon tunggu...
Yuliana Puspita
Yuliana Puspita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Life Traveler

Menulis untuk diriku

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meneropong Masa Depan Petani Lokal Indonesia dengan Revolusi Pertanian 4.0

20 Mei 2019   22:22 Diperbarui: 20 Mei 2019   22:46 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Saat ini adalah zamannya teknologi digital, zaman di mana hampir semua urusan bisa dipermudah oleh teknologi dan  tidak ada batasan dalam mengerjakan apapun. Dalam kemajuan zaman ini salah satu yang menonjol adalah perkembangan dalam hal teknologi informasi. Masyarakat Indonesia sedang dimanjakan oleh kemajuan di bidang informasi, saat ini berita dari seluruh penjuru belahan dunia bisa kita peroleh hanya dalam hitungan menit, bahkan mungkin detik. 

Kemajuan teknologi digital bahkan sudah masuk ke dunia industri, saat ini dunia sedang memasuki era industri 4.0, di mana operasionalisasi sistemnya berbasis pada Artificial Intelegence (AI), Internet of Things (IoT), serta Cyber Physical Systems (CPS). Ketiga hal tersebut memungkinkan tercipta sistem yang dapat membuat keputusan sendiri dan mampu melakukan tugas secara mandiri, serta memanfaatkan internet untuk mengotomatisasi proses ini secara besar-besaran. 

Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia secara kultur merupakan negeri agraris. Dan pertanian di negeri kita ini memiliki potensi besar untuk menjadi sumber pangan dunia. Mewujudkan pertanian Indonesia menjadi sebuah industri pertanian kelas dunia adalah sebuah cita-cita besar bagi bangsa ini. Bayangkan para petani lokal Indonesia yang saat ini sebagian masih masuk dalam golongan ekonomi menengah dan bawah mampu menjadi produsen utama pangan dunia. 

Walaupun saat ini perhatian pelaku bisnis dunia tertuju pada industri e-commerce yang sedang meledak, manusia tidak bisa menafikan bahwa pangan akan selalu menjadi kebutuhan dasar manusia. Untuk itu Indonesia dengan segala potensi agrarisnya perlu mengambil lompatan besar supaya pertanian Indonesia menjadi produsen utama pangan dunia. 

Dalam menciptakan industri pertanian yang kuat diperlukan infrastruktur pertanian yang kuat juga, itu sudah pasti. Selain penataan infrastruktur pertanian, di era revolusi industri 4.0 saat ini pertanian Indonesia secara bertahap harus mampu mengimplementasikan teknologinya. Yang patut disyukuri adalah saat ini Kementerian Pertanian sudah mengambil inovasi-inovasi dalam merevolusi industri pertanian, sehingga muncul istilah revolusi pertanian 4.0. 

Beberapa inovasi yang lahir antara lain ialah Katam singkatan dari Kalender Tanam, yaitu salah satu inovasi berbasis teknologi informasi yang bisa memberikan panduan kapan waktu menanam yang ideal, lokasi tanam, kebutuhan input produksi, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh penggunanya. Ada juga Si Mantap singkatan dari Sistem Informasi Pemantauan Tanaman Pertanian. 

Lalu ada Smart Farming, Smart Green House, Autonomous Tractor, dan Smart Irrigation. Semua inovasi tersebut merupakan usaha Kementrian Pertanian untuk merevolusi pertanian. Apa yang sudah dilakukan Kementrian Pertanian patut diapresiasi. 

Namun tentu saja ada banyak tantangan yang harus ditaklukan supaya inovasi-inovasi yang sudah dilahirkan oleh Kementerian Pertanian dapat memberikan manfaat yang maksimal. 

Modal

Hal ini menjadi hal pertama yang perlu dicari solusinya, karena sebagian besar petani lokal Indonesia tidak memiliki lahan luas. Sehingga bisa disimpulkan keuntungan yang mereka peroleh tidak mencukupi untuk melakukan investasi tambahan.

Jaringan internet

Wilayah Indonesia belum semuanya terjangkau secara merata oleh penyedia jasa layanan internet konvensional yang menggunakan jaringan komunikasi terrestrial seperti kabel, ADSL, fiber optik, radio atau GSM. Akibatnya pada beberapa daerah, internet murah masih belum tersedia. Sedangkan revolusi pertanian 4.0 mensyaratkan tersedianya jaringan internet untuk penggunanya.

Sumber daya manusia

Teknologi ini tetap membutuhkan manusia sebagai operator untuk menjalankannya. Dan untuk menjadi operator dibutuhkan dasar pengetahuan yang cukup. Perlu diketahui juga bahwa 70 persen dari petani lokal Indonesia tidak sampai pada jenjang pendidikan SMP. Sedangkan dibutuhkan pendidikan yang cukup untuk memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Fakta lambatnya regenerasi petani di Indonesia juga menjadi momok bagi berkembangnya pertanian Indonesia. 

Lalu bagaimana cara Indonesia mengatasi semua tantangan di atas? Salah satu yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan unit-unit koperasi di daerah. Koperasi adalah badan usaha yang dilindungi oleh undang-undang. Keberadaan koperasi dalam industri pertanian salah satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani sebagai anggotanya. Dengan adanya revolusi pertanian 4.0 peran koperasi di era digital menjadi semakin besar. 

Koperasi dapat menjadi pusat layanan petani lokal atau istilah kerennya one stop service. Mulai dari menfasilitasi kebutuhan modal petani, penyediaan bibit siap tanam, pendidikan dan penyuluhan SDM pertanian, sampai distribusi hasil produksi. 

Kendala jaringan internet pada daerah terpencil dapat diatasi dengan menggunakan jaringan internet satelit. Walaupun internet satelit lebih mahal, tetapi biayanya akan lebih terasa ringan karena diakomodasi secara gotong royong melalui koperasi. 

Yang tidak kalah pentingnya ialah penggunaan revolusi pertanian 4.0 pada distribusi hasil pertanian. Bayangkan bila seluruh koperasi petani di Indonesia terkoneksi dalam jaringan aplikasi digital yang bisa menghubungkan langsung antara pembeli dengan koperasi sebagai penyalur utama hasil produksi petani. Mungkin ini bisa membasmi habis para tengkulak yang menghisap darah petani, sekaligus meningkatkan posisi tawar petani dalam perdagangan. 

Bila pertanian Indonesia ingin melangkah lebih jauh lagi, kita bisa mengambil contoh dari para petani lokal di eropa yang mengolah sendiri produk mentahnya menjadi produk setengah jadi dan siap santap. Mereka memiliki pabrik pengolahan sendiri dan juga menggunakan badan usaha sejenis koperasi untuk mengelola pabrik mereka. 

Tentu saja hal ini sangat mungkin dilakukan oleh para petani lokal Indonesia. Bayangkan apabila petani di Indramayu memiliki pabrik pengalengan buah mangga sendiri dan produk jadinya dapat langsung dikirim ke pembeli luar negeri. 

Walaupun jalan menuju kesana masih terjal, tapi dengan dukungan Kementerian Pertanian diharapkan petani lokal Indonesia dapat melakukan lompatan besar dalam industri ini dan menjadi tuan di tanah sendiri. Sekaligus membuktikan bahwa bukan hanya pertanian milik korporasi besar saja yang mampu mengolah sendiri hasil produksinya.

Apabila hal ini terjadi otomatis kesejahteraan petani lokal akan meningkat. Semua mata akan kembali tertuju pada sektor pertanian Indonesia. Sehingga profesi petani lokal di Indonesia bukan lagi sebuah profesi yang dipandang sebelah mata, tapi bisa membuat semua yang memandang berdecak kagum. Lalu mimpi akan regenerasi petani akhirnya bisa terwujud. 

Petani-petani lokal yang kurang berpendidikan akan mewariskan profesinya kepada anak cucunya yang diharapkan sudah memiliki tingkat pendidikan lebih baik dibandingkan orang tuanya. Orang desa pun akhirnya enggan meninggalkan desa mereka karena seluruh kehidupan mereka dapat tercukupi dari hasil mengelola bumi.

Untuk menyukseskan cita-cita revolusi pertanian 4.0 ini, tentu Kementerian Pertanian diharapkan dapat merangkul para petani lokal dan  koperasi daerah. Alangkah indahnya negeriku Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun