Mohon tunggu...
agus yulianto
agus yulianto Mohon Tunggu... Guru - Writer and teacher

Penulis dan Guru yang sudah menerbitkan puluhan buku baik antologi maupun buku solo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelakor dalam Lingkaran Wanita

5 Desember 2018   08:30 Diperbarui: 5 Desember 2018   09:20 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia wanita memang begitu memikat dengan segala pernak pernik dan hiruk pikuknya. Begitu banyak  kejadian di luar nalar menjadi sesuatu hal yang menarik. Wanita selalu menjadi tranding topik. Dalam setiap gerak tubuhnya selalu menjadi perhatian publik. Wanita memiliki daya magnet tersendiri bagi laki-laki yang memandangnya. Ibarat tubuh wanita bagaikan sebuah magnet yang memiliki kekuatan untuk menarik mata lelaki yang memandangnya. Dalam ajaran Islam selalu memberi penegasan kepada kaum adam untuk selalu menjaga padangannya, agar tidak mudah terpikat oleh senyumannya. Senyuman seorang wanita memberikan arti tersendiri, mulai rayuan, pengharapan bahkan kebencian. Bahkan senyuman bisa diartikan sarana untuk memikat. Begitu banyak kaum Adam yang terpikat oleh senyuman dan tatapan 'centil' seorang wanita. Akibatnya, terjadilah sesuatu hal yang seharusnya tidak terjadi diantara keduanya (perselingkuhan). Inilah awal dari sebuah sebutan pelakor.  

Awal Mulanya

            Mengutip dari kanal berita liputan 6 (dot) com, pelakor dinobatkan sebagai kosakata paling populer di media sosial sepanjang tahun 2017 hingga 2018. Kosakata ini dikenal sejak beredar sebuah video anak Sarita Harris, Shafa Harris, yang melabrak Jennifer Dunn. Kala itu, Shafa menuduh Jennifer mengambil ayahnya dari kehidupannya. Akhirnya, publik memberikan label kepada Jennifer dengan sebutan Pelakor. Di Indonesia sendiri sempat dihebohkan dengan sebuah video yang berdurasi sekitar 4 menit 53 detik. Seorang wanita sebut saja Melati yang menghujani seorang janda (Mawar) dengan uang ratusan ribu rupiah. Aksi yang melati lakukan itu, sebagai bentuk protes kepada Mawar yang dikenal baik sebagai sahabat karibnya, telah bermain serong dibelakangnya. Hal itu diketahui, ketika Melati mengecek rekening tabungan suaminya yang semakin berkurang. Melati pun mencari tahu tentang berkurangnya jumlah uang dari rekening suaminya. Akhirnya, setelah mengetahui ternyata suaminya memberikan uang itu kepada seorang janda yang selama ini menjadi sahabat dekatnya Melati. Terjadilah sebuah hujatan-hujatan yang dilontarkan Melati kepada Mawar. Bukan hanya hujatan saja, untuk membuat malu Melati,  Mawar mengabadikan hujatannya dengan sebuah video yang kemudian di viralkan.

Apa itu 'Pelakor'?

            Sebenarnya, apa itu pelakor? Pelakor merupakan akronim dari 'perebut lelaki orang'. Istilah ini diidentikkan dengan perempuan yang memicu keributan akibat merebut seorang laki-laki (suami) dari istri sahnya. Fenomena merebut lelaki orang atau istilah zaman dulu: WIL (wanita idaman lain), sebenarnya hal itu sudah terjadi sejak dulu. Ketika waktu kecil kita sering melihat sebuah pertunjukan kesenian daerah Jawa Tengah yang bernama ledek atau Ronggeng. Kala itu, masyarakat telah menganggap ledek atau ronggeng sama dengan wanita tuna susial, bengenggek, atau wanita murahan dan tukang mengganggu suami orang. Sebab, dalam setiap penampilannya mereka (ledek) selalu menggoda. Kalau jaman kerajaan, seorang raja memiliki selir (wanita idaman lain) bedanya, kalau selir umumnya diketahui secara pasti oleh permaisuri, sedangkan wanita idaman lain tidak sama sekali. Beda lain halnya dengan Asma Nadia , dalam buku Catatan Hati Seorang Istri, istilah wanita perebut suami orang dengan sebutan Hello Kity. Sebuah nama samaran yang disematkan lelaki di dalam handphonenya.  Sebanarnya, banyak nama yang bisa diberikan kepada para pelaku selingkuh. Nama-nama itu tentunya memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Bisa jadi untuk membunuh karakter atau memberikan label yang tidak akan pernah dilupakan oleh si pelaku. 

Fenomena Perselingkuhan

Fenomena perselingkuhan di dunia modern sebenarnya bukan hal yang aneh. Kasus-kasus perceraian, kebanyakan disebabkan perselingkuhan. Kasus ini mengalami peningkatan yang dahsyat seiring makin memudarnya norma-norma agama. Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal Of Sex Research, mengungkap motivasi dibalik perselingkuhan. Dalam risetnya, peneliti meminta pandangan dari 495 orang dewasa muda tentang perselingkuhan mereka melalui kuisioner berbasis internet. Hasilnya? Sebagian besar mereka berselingkuh karena tidak puas dengan hubungan yang dijalani, merasa tidak dianggap, marah, atau memiliki hasrat kepada orang lain. Dari hasil riset tersebut terungkap, bahwa perselingkuhan lebih dari sekadar tentang cinta yang berkurang pada pasangan. Menurut Psikiater Prof. Dr. Dadang Hawari (2002) 90% perselingkuhan dilakukan oleh kaum pria sementara wanita hanya 10% saja.

            Fenomena perselingkuhan ini umumnya dilakukan oleh mereka yang bekerja di luar rumah baik sebagai pegawai kantor, pabrik, atau kerja kontrak. Tak heran jika para pejabat sering dituduh memiliki wanita idaman lain; sekretaris atau rekan bisnisnya. Peluang untuk berselingkuh bagi mereka terbuka lebar. Apalagi ketika uang sudah bukan masalah, maka uang dijadikan senjata untuk menarik lawan jenis.

Sebutan Pelakor, Sebuah Intimidasi untuk Wanita

            Sebutan pelakor (perebut lelaki orang) menurut saya istilah yang tidak pas. Hal ini, mengingatkan bahwa kata pelakor mempunyai konotasi negatif, karena mengesankan yang salah hanya dari pihak perempuan. Pelakor merupakan kata yang tidak netral. Secara umum, istilah ini sangat berpihak kepada laki-laki karena meminggirkan peran perempuan dalam suatu hubungan. Artinya, jika kita menyebut istilah pelakor secara otomatis akan menyalahkan pihak perempuan, atau sebuah peristiwa yang terjadi karena peran kedua belah pihak. Wanita Idaman Lain (WIL) menurut saya kata yang tepat untuk disematkan (kalau memang yang yang melakukan perselingkuhan dari pihak laki-laki), sedangkan kalau terjadi dari pihak wanita sebut saja dengan PIL (Pria Idaman Lain).

            Itulah gambaran cinta yang diperbudak oleh nafsu. Mereka lupa, cinta yang dilandasi oleh bentuk tubuh dan rona kecantikan fisik ibarat racun berbalut madu. Ketika madu itu telah hilang, tinggallah racun yang mematikan. Atau seperti bom waktu yang sewaktu waktu dapat meledakkan kehidupan rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun