Mohon tunggu...
Yuli Afriyandi
Yuli Afriyandi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Pengembangan Masyarakat PINBUK DIY. Saat ini masih menempuh pendidikan Pascasarjana di UII.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Israk Mikraj dan Perubahan Sosial

22 Juli 2012   06:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:44 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

MOMENTUM peringatan Israk dan Mikraj Nabi Muhammad SAW tiap tanggal 27 Rajab sudah banyak diperingati oleh kaum Muslim. Baik di tanah air maupun di berbagai negara bependuduk muslim lainnya. Sebuah peristiwa penting yang terjadi di dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW, yaitu peristiwa diperjalankannya Beliau (israk) dari Masjid al Haram di Makkah menuju Masjid al Aqsa di Jerusalem. Lalu dilanjutkan perjalanan vertikal (mikraj) dari Qubbah As Sakhrah menuju ke Sidrat al Muntaha.

Jika kita melihat konteks sebelum peristiwa Israk dan Mikraj-nya, ketika itu Nabi Muhammad berada dalam situasi yang sangat sulit. Beliau di tinggalkan dua orang yang sangat beliau kasihi yakni isteri tercinta Khadijah dan paman beliau yang menjadi tembok dalam perjuangan menghadapi tekanan kafir Quraisy.

Dalam situasi seperti ini, rupanya Allah mempunyai kejutan istimewa. Di tengah kesedihan dan kegalauan Beliau di suatu malam, tiba-tiba diajak oleh pemilik kuasa “berjalan-jalan” menelusuri singgasana Ilahiyah di Sidratul Muntaha dan bertemu dengan para pejuang sebelumnya (para Nabi).

Dari pertemuan dengan Nabi sebelumnya itulah  memberikan suntikan semangat kepada beliau untuk kembali menyingsingkan lengan baju mensyiarkan agama Allah walaupun di bawah tekanan kafir Quraisy yang semakin dahsyat.

Selain itu, peristiwa Israk dan Mikraj menyimpan peristiwa sakral. Sakralitas peristiwa Israk dan Mikraj tersebut ditandai dengan proses penyucian diri Muhammad sebelum diperjalankan. Dalam riwayatnya, Jibril membuka dada Muhammad untuk dibasuh dan disucikan dengan air zamzam. Sungguh ini menjadi bukti betapa Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Bukti kuasa Allah
Silang pendapat mengenai perjalanan beliau tersebut apakah dengan wujud asli (jasad) atau hanya ruh memang menjadi perdebatan oleh sebagian Muslim. Bahkan pada saat itu  menimbulkan sebuah kontroversi di kalangan kafir Quraisy. Kaum kafir Quraisy menganggap Muhammad tidak waras karena melakukan perjalanan yang tidak masuk akal.

Tapi inilah bukti kuasa Allah sebagaimana termaktub di dalam Al-Quran: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra’: 1)

Fakta sejarah membuktikan bahwa setelah melakukan perjalanan, gembong kafir Qurays yakni Abu Jahal mengkonfrontir beliau dengan pertanyaan yang pada intinya ingin pembuktian kebenaran perjalanan Israk dan Mikraj. Namun dengan gamblang beliau bisa menjelaskan proses perjalanannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi serta bukti-bukti yang tersirat.

Dengan demikian ini menjadi titik awal perkembangan dakwah Islam. Dari kalangan Muslim jelas dengan peristiwa Israk dan Mikraj-nya Nabi Muhammad merupakan sebuah mukjizat atau bukti kekuasaan Allah sehingga menambah keimanannya. Lain halnya dengan kafir Qurays yang menjadikan peristiwa ini sebagai senjata untuk mengendurkan keimanan pengikut Muhammad dengan berasumsi bahwa Israk dan Mikraj-nya Muhammad adalah akal-akalan.

Perkembangan dakwah Islam pasca Israk dan Mikraj-nya Muhammad dibuktikan dengan eksistensi pengikut beliau yang semakin hari semakin mantap membela perjuangan untuk menegakkan agama Allah dari tekanan kafir Quraisy. Ditambah lagi dengan adanya perintah shalat lima waktu yang semakin berpengaruh pada pribadi dan perubahan sosial di tengah kaum Muslimin.

Perubahan sosial
Perintah shalat lima waktu merupakan oleh-oleh yang dibawa Muhammad dari perjalanan Israk dan Mikraj dan menjadi inti dari perjalanan tersebut. Setelah melalui proses negosiasi, perintah shalat akhirnya disepakati menjadi 5 kali dari perintah semula, yaitu 50 kali dalam sehari semalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun