Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Di Balik Nikmat Kepulan Asap Rokok, hingga Dampak Terburuk, Cuci Paru-parumu Sejak Dini

10 Oktober 2021   22:29 Diperbarui: 27 Oktober 2021   16:35 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar www.mediajabar.com

Setelah makan beliau merasakan sakit teramat sangat. Berbagai upaya kami lakukan, dari memanggil bidan hingga rawat inap di puskesanas terdekat.

Kata bidan, bapak sakit maag. Namun, setelah dirawat sehari semalam tidak kunjung membaik. Hingga pada hari rabu siang harus dirujuk ke rumah sakit terbesar di Klaten.

Saya pun langsung ke rumah sakit, begitu melihat kondisinya,  benar-benar terpukul. Terlihat napasnya naik turun seakan terasa berat.

Terpasang selang di hidung yang mengeluarkan cairan berwarna cokelat. Kian sedih melihatnya, apalagi saat perawat menganjurkan harus operasi.

Sebab paru-parunya kotor dan bengkak. Perawat mengatakan, meski hasilnya tipis tapi itu bentuk ikhtiar menuju kesembuhan.

Saya menangis tetapi ibu berusaha menenangkan, jangan sampai menitikan air mata di depan bapak.

Setelah bapak niat puasa, pada pukul dua siang beliau dibawa ke ruang bedah.

Saat itulah kondisinya droop, lalu dibawa ke ruang ICU untuk mendapat pertolongan lebih lanjut.

Pukul enam petang, bertepatan waktu kunjung pasien kami menjenguknya silih berganti, memberi dukungan juga doa terbaik.

Pada waktu itu ada dua hal janggal saya rasakan.
Pertama bapak meminta diambilkan minuman yang berada di meja. Jelas di ruangan itu tidak tersedia.

Kedua, tangan bapak melambai-lambai minta dipegang seakan sebagai lambang perpisahan. Perlahan saya menciumi punggung tangannya sebagai tanda hormat, sekaligus permohonan "maaf" karena bibir tidak mampu mengucap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun