Mohon tunggu...
Yulia Sujarwo
Yulia Sujarwo Mohon Tunggu... Freelancer - History Enthusiast, host youtube channel @HistoricalInsight

history is my passion

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengalaman Mistis Semenjak Jadi Anak Kos Part III

17 Februari 2021   17:52 Diperbarui: 17 Februari 2021   18:00 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source gambar : https://www.idntimes.com/

Hallo gaes, saya ingatkan lagi bahwa sebelum membaca kisah pengalamanku part III ini, alangkah baiknya kalian membaca kisahku yang part I dan II. Kalian bisa lihat di profileku terlebih dahulu. Jadi bacanya kisahku ini lebih enak dan runtut gitu loh gaes"

Jadi cerita sebelumnya saya menempati kos berhantu itu di daerah Janturan Yogyakarta dan dengan segala pengalaman tidak enak. Saya pun hanya bisa bertahan kurang lebih satu bulan saja karena peristiwa yang saya alami itu hampir mencelakakan saya. Yah siapa sih yang betah tinggal di sana pas tidur tidak bisa bernapas dan sering diteror suara glodakan dari depan pintu. Belum lagi kalau tidur diliatin walaupun saya sudah mandi,sholat, berdoa dan wudhu sebelum tidur.

Selepas dari kos berhantu tengah kota itu, saya pergi ke Jakarta karena diajak teman saya. Sebut saja namanya Nana. Ya aji mumpung sih karena saya di Jakarta ditawarin tempat tinggal gratis di rumah teman saya hehe. Tteman saya ini adalah salah satu anak pejabat kepolisian ibukota dan rumahnay gede banget oleh karena itu saya mendapat kamar sendiri dirumahnya. hitungannya sama saja seperti kos, karena saking luasnya bangunan dan jarang ada orang. yang membedakan ya itu kos tapi gratis alias nebeng. Kamarnya itu besar dan dekat ruang olahraga. Saya pun bahagia saat itu karena saya mikir tidak akan berurusan lagi dengan makhluk astral. Tapi ternyata....

Cipinang, Jakarta Timur September 2011

Jakarta, mendengar namanya saja sudah membuat orang berpikir tentang sesuatu yang wah,wow, kota metropolitan, gaji gede, banjir dan segudang masalah. Ibu kota Indonesia ini memang memiliki berjuta rasa untuk warganya. Menurut para perantau atau orang di luar Jakarta mungkin kehidupan ibu kota itu lebih kejam daripada ibu tiri, tapi nyatanya ya daerah ini selalu ramai oleh pendatang untuk mengais rejeki.

Banyak lulusan  fresh graduate dari Jawa yang mengadu nasib di Jakarta dan banyak juga yang lulusan setingkat SMA nekat mencari pekerjaan di Jakarta dengan iming-iming gaji yang besar. Salah satunya adalah saya. Sebenarnya saya ke Jakarta itu tak hanya ingin mencari pekerjaan tapi juga karena mau melakukan penelitian untuk novel yang saya buat. 

Saya juga tidak tahu mengapa mendapat gratisan tempat tinggal tapi ya harus menerima resiko tempat tersebut. Jadi ketika saya menginjakkan kaki di Jakarta untuk pertama kali, feeling saya sudah jelek. Bukan karena saya halu tapi, badan saya terkena paparan "suasana" panas yang efeknya yang jomplang banget lah jika dibandingkan di Jawa. Ritme kehidupan di Jakarta tahun 2011 itu sudah barbar sekali. Batavia (sebutan lama untuk kota Jakarta) sudah berubah total, bayangan nostalgia tentang kota Batavia pun terjungkir balik. Ketika sampai di Cipinang, saya langsung tidur karena saat sampai di Jakarta sudah malam. Keesokan harinya, saya diajak jalan-jalan ke mall sama teman saya itu.  Entah bagaimana ceritanya, dia itu memilih restoran Jepang yang terkenal dan mahal di mall tersebut. Saya tidak bisa nolak dong, anak pejabat ngajak makan dan ditraktir pula. Ya saya anguk-angguk saja.

Ketika melihat menu makanan, hmmm saya pun tak paham dengan makanan tersebut. Saya ndeso memang, karena saya tidak pernah makan makanan mentah dan aneka macam makanan bersaos impor. Setelah selesai mengorder makanan yang saya tidak paham itu, saya pun bertanya kepada teman saya.

"Aku belum pernah makan makanan mentah, kalau aku kenapa-kenapa kamu tanggung jawab ya?

Teman saya pun hanya bilang seperti ini.

"Santai loh sis. Kalau kamu sakit, aku anter ke rumah sakit. Lagian ini restoran terenak dan bersih." Dia pun menjawab sambil tertawa dan nyengir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun