Mohon tunggu...
Fransisca Yuliyani
Fransisca Yuliyani Mohon Tunggu... Guru - Seorang pecinta bunga matahari | Gratitude Practitioner

Menaruh perhatian pada Law of Attraction dan manifestasi..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang

30 Januari 2023   11:53 Diperbarui: 30 Januari 2023   12:47 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar rumah dari artikelrumah123.com)

Arum selalu menyukai rumah orangtuanya yang sejuk. Gimana nggak? Rumah tradisional yang lumayan luas dan menghadap ke barat itu tidak pernah terasa panas. Pegunungan dengan pohon tinggi dan lebat mengelilingi area hunian yang kental dengan atap tingginya itu. Belum lagi Ibu Arum adalah pecinta tanaman garis keras yang rajin merawat si hijau itu. Jadilah paket kombo yang menambah keasrian rumah. Suasananya juga tenang, minim suara motor yang knalpotnya ramai. Meski terasa nyaman, itu semua tidak sebanding dengan sinyal yang stabil. Hal ini yang kadang buat Arum jadi sulit berkomunikasi. Tapi Ibunya selalu bilang, "Ya nggak apa. Itu tandanya kamu harus banyak ngobrol sama Ibu."

Arum hanya mendesah pelan dan kembali asyik menatap pohon kersen yang rindang. Angin yang berhembus mempermainkan rambut sebahu Arum yang digerai. 

"Coba kamu terima lamaran Tino, Rum. Dia pasti dukung walau kamu mau kuliah dulu. Nggak perlu ninggalin Ibu sama Ayah jauh-jauh ke Jakarta. Kampus bagus banyak di Jogja."

Arum menoleh, menatap wajah ibunya yang dipenuhi kerutan. "Bu, udahlah. Nggak perlu bahas yang udah lewat. Tino juga menerima keputusanku dengan lapang dada."

Itu semua berbanding terbalik dengan apa yang Arum rasakan.  Arum mencintai lelaki itu dari lubuk hati terdalam. Tapi, kalau untuk menikah Arum belum siap. Tino tidak mau memaksa dan memilih mundur. 

Hal itu Arum gunakan untuk mencari kampus di Jakarta agar ia tidak perlu bertemu lelaki itu sekaligus mengenyahkan rasa suka yang bertahta. Wanita itu juga menghapus nomor Tino dan memutus hubungan di media sosial. 

Sayangnya semua itu tidak cukup mampu menjadi benteng pertahanan yang kuat. Ibu Arum konsisten memberi informasi terkini terkait Tino. Selalu ada hal baru yang Tino raih pasca Arum menolaknya. 

Tino punya usaha yang memadai. Tino punya warung soto yang enak dan murah. Pelangganya banyak. Tino bla bla bla. Tentu saja Arum jadi makin tak menentu dan menolak pulang ke rumah untuk menjenguk orang tuanya. 

Ada saja alasan yang Arum lontarkan. Tapi, permintaan Ibu kali ini tak bisa lagi Arum tolak. 

"Kalau kamu nggak mau pulang gara-gara nggak mau ketemu Tino, biar Ibu sama Ayah yang ke Jakarta."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun