Dalam tulisan kali ini saya akan bercerita tentang penerimaan rapor yang kami laksanakan pada hari Jumat (20/06). Betapa penerimaan rapor yang merupakan kegiatan rutin sekolah bisa dikemas sedemikian rupa sehingga bisa menciptakan nuansa baru sekaligus event untuk lebih mendekatkan siswa dan orangtua.
***
Kapan Bapak/Ibu terakhir kali memeluk ananda? Pertanyaan yang sangat simpel. Jawabannya bisa jadi kemarin, kemarin lusa, hari ini atau bahkan sudah tidak pernah memeluk ananda karena mereka sudah besar.
Jawaban yang terakhir mungkin disebabkan juga oleh kesibukan yang begitu padat ataupun era yang berubah sangat cepat. Ya, perubahan yang sangat cepat di sana-sini memaksa kita untuk selalu mengikuti, meski kadang dengan langkah tertatih. Hal tersebut akhirnya membuat kita melupakan hal- hal kecil seperti interaksi dengan anak kita.
Adanya gawai juga mempunyai andil. Dengan gawai di tangan komunikasi antara satu orang dengan yang lain terasa demikian mudah. Tapi kadang kita lupa bahwa kehadiran seseorang lewat bicara langsung, menyentuh atau memeluk tidak bisa tergantikan oleh gawai.
Berkaca dari hal tersebut sekolah kami melakukan cara baru dalam penerimaan rapor kali ini. Ya, penerimaan rapor sebagai agenda rutin tiap semester dikemas dalam kegiatan yang berbeda dengan tujuan untuk menumbuhkan simpati, empati dan meningkatkan kedekatan antara siswa dengan orangtua.
Bagaimana pelaksanaannya? Dalam penerimaan rapor kali ini bahasa kasih dinyatakan dengan sekuntum bunga.Â
"Say it with flowers" atau "katakan dengan bunga", mungkin terdengar klise, tapi pada hari ini kami bisa melihat bagaimana setangkai bunga bisa membuat hati demikian meleleh karena terharu. Bunga yang tampilannya begitu sederhana, benar-benar bisa menjadi simbol ungkapan perasaan kita.
Di sekolah kami penerimaan rapor akhir tahun dilakukan dalam dua tahap, yaitu pagi oleh kelas tujuh dan siang oleh kelas delapan. Karena banyak ruang kosong yang tersedia (kelas sembilan sudah lulus), maka setiap kelas menggunakan dua ruang dalam rapotan kali ini.