Jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga lebih. Tanpa menunggu lama saya segera meninggalkan ruang guru untuk menuju parkiran. Hujan masih turun rintik- rintik, tapi pulang tak boleh ditunda. Ya, di hari yang sudah sesore ini saya belum punya lauk untuk berbuka.
Vario saya terus melaju menembus ramainya lalu lintas kota Malang.
Di beberapa tempat yang saya lalui tampak penjual takjil mulai menggelar dagangannya. Ada aneka lauk, kue, juga minuman yang memenuhi meja. Ada kue tradisional, tak ketinggalan juga gorengan. Aha..
Jenis terakhir ini selalu ngangeni. Meski dalam keseharian saya sudah mengurangi gorengan, tapi tanpa gorengan berbuka puasa juga  kurang sip rasanya.
Karenanya setiap buka selalu ada satu dua gorengan yang saya makan. Entah menjes, tempe atau tahu.
Sore ini saya lihat pasar takjil yang berlokasi di dekat rumah saya masih belum banyak yang buka. Bisa dimaklumi, sekitar pukul dua tadi hujan turun begitu lebat. Yang sudah siap dengan jualannya hanya pedagang-pedagang yang sudah punya kios. Yang dadakan masih memasang payung ataupun terpal.
Sesudah memarkir sepeda saya mulai berjalan.Â
"Kolak Mbak, ini masih anget.., " kata beberapa penjual.
"Pastelnya Bu.., gendut-gendut..," kata penjual yang lain.