Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Kisah tentang Si Burik

18 September 2022   13:32 Diperbarui: 18 September 2022   15:40 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayam kate,  sumber gambar: duniabelajar

"Mas,  masak apa ini? " tanya Mbak Menik sekali lagi.
Mas Marno menoleh sekilas. "Sembarang wes...  Pokok ada sambel.., "jawabnya.
"Lha uangnya?" kata Mbak Menik gemas.
"Bon dulu sama Pak Mus..  Nyatet, " jawabnya ringan.
Mbak Menik semakin jengkel. "Nyatet..  Nyatet..  Catetanku sudah banyak,  Mas, " katanya setengah menangis. 

Tanpa banyak kata Mbak Menik bergegas menuju pick up di jalan yang berisi aneka belanjaan. Bicara dengan suaminya saat seperti itu percuma.  Hanya bikin naik darah saja.  

"Pak Mus,  nyatet nggeh.., "kata Mbak Menik sambil meraih bayam dan tempe.
"Lha monggo..., " jawab Pak Mus ramah.  Ia sudah lama menjadi langganan ibu-ibu di kampung Manggis.  Tidak ada yang nakal saat berhutang,  yang penting administrasi beres,  tak ada masalah. 

Mbak Menik menyodorkan belanjanya ke Pak Mus untuk dihitung.  "Beres,  duapuluh ribu,  catet nggih? "
"Nggih Pak Mus," jawab Mbak Menik sambil bergegas meninggalkan Pak Mus.  Duuh,  sungkan sebenarnya..  Tapi lha bagaimana lagi.  Masak tidak makan,  pikirnya. 

"Mbak Menik, tunggu! " sebuah suara tiba-tiba menghentikan langkahnya.
Mbak Rena?  Tumben?
Setelah berbasa-basi keduanya terlibat dalam pembicaraan yang serius. Sedikit berbisik-bisik dan...Cling,  wajah Mbak Menik tiba-tiba berseri-seri.  

"Nanti malam? " tanya Mbak Rena memastikan.  
"Beres.., " senyum Mbak Menik menutup percakapan keduanya.

Pagi kembali merekah.  Mas Marno sedang menikmati kopinya.  Tak seperti biasanya istrinya tak banyak protes. Senyumnya tampak begitu manis.  

"Mau dimasakkan apa? " tanya Mbak Menik sambil duduk di depan suaminya.
"Aku kok kepingin lodeh ya? " jawab Mas Marno senang. Pagi ini cuaca kelihatan begitu bersahabat.
"Lodeh,  mendol,  bakwan? "tanya Mbak Menik lagi.
"Wah, sip itu.., "

Dari kejauhan suara klakson pick up Pak Mus terdengar.  Mbak Menik bergegas menuju jalan besar,  apalagi ketika dilihatnya Mas Marno menuju kandang ayam-ayam katenya.  

Di belokan jalan, Mbak Rena tersenyum menyapanya. " Adikku seneng lho..  Katanya cantik barangnya..  Ini kurangannya semalam ya..  ," bisiknya sambil menyodorkan uang seratusan ribu.

Mbak Menik segera memasukkan uang ke saku.  Bergegas keduanya menuju pick up Pak Mus.  Ada senyum  di wajah Mbak Menik.
Ya,  seratus dua puluh lima ribu, harga yang pantas untuk ayam kate secantik Burik.

Arti istilah:

Diluk : sebentar

Mblanjani: memberi uang belanja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun