Untuk mencukupi biaya membeli buku atau fotokopi mereka melakukan berbagai cara. Yang di Jogja sambil berjualan tahu bakso dan sesekali menjadi MC di beberapa acara, yang di Bandung berjualan nasi kuning dan sesekali menulis tentang olah raga di media.Â
Jauh dari orang tua membuat keduanya lebih berhati-hati, Â tapi juga tahan banting. Dengan segala keuletan, mereka akhirnya bisa mendapatkan beasiswa dari kampus masing-masing.
Tiap semester ketika liburan mereka pulang ke Malang dan kami bisa menghabiskan hari libur bersama.Â
Oh ya, ada satu trik kami untuk menghemat ongkos kereta api dari Malang ke Jogja/Bandung atau sebaliknya.
Caranya, naik kereta api ke Blitar dulu (ongkosnya Rp 11.000), lalu dari Blitar ke Jogja (Lempuyangan) atau Bandung (Kiara Condong) dengan ongkos Rp 90.000.Â
Ini bisa jauh menghemat ongkos dibandingkan jika kita langsung mengambil rute Malang-Jogja (kelas ekonomi sekitar Rp 175.000) atau Malang-Bandung (kelas ekonomi sekitar Rp 225.000).
Memang waktunya agak panjang, karena sesudah sampai Blitar, kita harus menunggu kedatangan kereta yang menuju Jogja atau Bandung sekitar dua jam. Namun tak apa, dua jam bisa kita pakai untuk berjalan-jalan mengeksplor sekitar stasiun Blitar.
Akhirnya keteguhan dan kerja keras keduanya membuahkan hasil yang manis. Kakaknya sudah diwisuda, sementara si adik tinggal mengerjakan tugas akhirnya.Â
Dari perjalanan menguliahkan dua anak di luar kota banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Bahwasanya kesungguhan dan besarnya tekad pasti akan memberikan hasil di belakangnya. Tentunya semua tak lepas dari izin Allah semata.Â