Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kesetiaan yang Tak Tergerus Oleh Waktu

21 November 2021   09:47 Diperbarui: 21 November 2021   13:08 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Merekam Jejak-Wordpress.com

Malam semakin gelap.  Rumah-rumah di kampung  sudah mulai tutup. Bunyi jengkerik dan binatang malam membuat suasana semakin mencekam."Bapak dan ibuk kok belum pulang-pulang ya? " tanya adikku gelisah.  "Sebentar lagi pulang..,  paling masih dalam perjalanan kata Mas Maman sabar sambil mengalihkan perhatiannya dari acara televisi.

"Ngantuk ya,  Le?" tanya Mas Maman pada adikku.

Adikku menggeleng.  Ah,  tentu saja di tidak bisa tidur tanpa ibuk di sisinya.  
Mas Maman mengajak adikku bicara dan bercerita sambil menunggu kedatangan bapak dan ibuk.  

Ketika masih kecil,  saat  ibuk dan bapak ada kepeluan mendesak kami selalu dititipkan pada Mas Maman.  Malam ini ibuk dan bapak harus menjenguk saudara kami yang sedang sakit., karena itu sejak maghrib Mas Maman menemani kami bertiga.

Mas Maman adalah tetangga yang tinggal  tak begitu jauh dari kami.  Sejak kecil Mas Maman sering membantu-bantu di rumah kami.  Yang paling sering dilakukannya adalah menimba air untuk mengisi bak mandi dan membantu bersih bersih halaman.  

Mas Maman orangnya kuat,  cekatan juga sabar.  Kami tidak tahu kenapa memanggilnya Mas padahal usianya terpaut jauh di atas kami.  Sejak kecil Mas Maman harus mencari uang sendiri karena kondisi ekonomi keluarganya yang memaksa demikian.  Sejak kelas empat SD ia berhenti sekolah karena tidak ada biaya.

Karena rajin berolah raga dan bekerja tubuhnya lebih besar dan gempal dibandingkan teman teman sepantarannya.
Bahkan kami sering digendongnya bergantian untuk mengambil buah belimbing yang bergelantungan di pohon depan rumah.  

Tiap selesai membantu di rumah,  ibuk selalu memberikan uang lelah.  Besarnya berapa kami tidak tahu.  Tapi kadang kadang juga ibuk memberikan uang ekstra terutama ketika malam Minggu.  

Karena ibuk juga memperhatikan keperluan Mas Maman itulah maka kesetiaan Mas Maman pada keluarga kami tidak perlu diragukan.  Pernah suatu malam rumah kami dimasuki pencuri dan mengambil baju baju di lemari.  Mas Maman dan bapak esok harinya ke pasar pasar rombeng barangkali  baju-baju kami dijual di sana.  

Dalam beberapa hari ke depan setelah kejadian itu Mas Maman tidur di rumah dengan beralaskan tikar.  Ikut menjaga rumah jangan sampai kemasukan pencuri lagi.  Kami senang karena Mas Maman dengan badannya yang kekar bisa memberikan rasa aman pada kami.  

Ketika bapak sakit dan harus dirawat di rumah sakitpun Mas Maman dengan setia menjaga bergantian dengan ibuk di rumah sakit.  Ia menganggap bapak ibuk kami seperti bapak ibuknya juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun