Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sosok Pahlawan Itu Bernama Bulik Karmi

14 November 2021   14:34 Diperbarui: 14 November 2021   15:00 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pinterest/parksunga

Ketika aku bertanya masalah itu pada ibuk, ibuk memandangku dengan wajah tidak senang. "Anak kecil, tidak boleh tanya-tanya urusan orang besar," kata ibuk.
Tatapan mata ibuk dan suara ibuk yang pelan tapi tajam sontak membuyarkan rasa ingin tahuku.

Bagaimana sikap Bulik Karmi dengan kabar itu? Tidak ada perubahan. Ia tetap rajin ke pasar, menyapa tetangga dan merawat anak anaknya yang masih kecil -kecil.

Tahun demi tahun berlalu. Satu demi satu anak-anak Bulik Karmi berkeluarga. Namun mulai pagi hingga malam pun kesibukan Bulik Karmi seolah tak ada henti-hentinya. Kondisi kesehatan suaminya yang semakin menurun, juga anak terkecilnya yang tidak bisa mandiri membuat waktu Bulik Karmi benar benar tersita untuk merawat keduanya.

Anak-anak Bulik Karmi jarang menengok ibunya. Mungkin karena tinggal di luar kota, atau segan dengan ayahnya yang sejak kecil kurang begitu dekat.

Suatu saat ada kabar yang mengejutkan. Bulik Karmi masuk Rumah Sakit! Anaknya yang sulung menemukan ibunya pingsan di ruang tengah setelah keluar dari kamar mandi.

Dengan sigap Bulik Karmi segera dibawa ke IGD untuk segera mendapatkan pertolongan.
Whatsapp PKK ramai. Setiap hari ada saja yang menanyakan kabar Bulik Karmi.

Seminggu berlalu. Tiba-tiba ada woro- woro dari ketua PKK bahwa nanti sehabis maghrib kami akan menjenguk Bulik Karmi di rumah. Di rumah? Alhamdulillah... Berarti kondisinya sudah semakin membaik, pikir kami.

Senja mulai turun dengan suasananya yang begitu teduh. Habis sholat, kami berkumpul di rumah Bu RT untuk mengumpulkan sumbangan dan segera berangkat ke rumah Bulik Karmi. Ada sekitar tujuh orang yang berangkat.

Sampai di rumah Bulik Karmi, kami disambut dengan senyum Bulik Karmi yang khas di ruang tengah. Surprise! Bayangan kami bulik Karmi ada di tempat tidur dan kami bergantian masuk kamar untuk menengoknya.
Ternyata Bulik Karmi tampak segar menyambut kami. Hanya saja tidak banyak bergerak ke sana sini.

"Sampun sehat, Bulik? " tanya Bu RT
"Sampun Bu RT, ini sudah boleh pulang. Kelamaan di rumah sakit tidak enak.., " katanya.
" Dua hari ya Bu di IGD?" tanya saya.
"Benar Mbak..., sepertinya mau mati saya.., tapi rupanya malaikat belum mau menjemput saya, "jawab Bulik Karmi ringan.

"Mungkin malaikat tahu ya Mbak, saya masih punya tanggung jawab untuk merawat dua pasien di rumah ," sambungnya berkelakar. Kami tertawa meski agak trenyuh juga mendengarnya.
Apalagi ketika anaknya yang sulung bercerita bahwa begitu sadar dari pingsannya selama dua hari hal pertama yang ditanyakan Bulik Karmi adalah, " Bapak dan adikmu sudah makan apa belum.. ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun