Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Peserta Vaksin ke-43

25 Juni 2021   19:10 Diperbarui: 25 Juni 2021   19:11 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Halodoc

"Lemes, perutku sakit., " jawab Bu Zainul lemah.  Duh...  Hati Pak Zainul seperti diremas remas rasanya.

Andai istrinya manut tidak ikut vaksin,  pikirnya. Ingatan Pak Zainul kembali ke peristiwa beberapa hari yang lalu.

Sejak Pak RT woro-woro di grup kampung tentang kasus covid yang semakin meningkat, juga pentingnya vaksin Pak Zainul sudah mulai memikirkan alasan apa yang akan diberikan untuk menolak vaksin.  Mulai dari alasan kondisi tubuh yang kurang fit sampai alergi suntik.

Namun sebenarnya dibalik semua itu alasan tersendiri.  Dari grup-grup whatsapp  keluarga atau pengajian selalu ada postingan betapa vaksin ini adalah permainan dan akal-akalan belaka.  Di dalam vaksin dipasang microchip yang pada akhirnya akan memusnahkan sebagian umat manusia karena bumi semakin padat. Orang bodoh macam apa yang bersedia menjadi perantara untuk pemusnahan umat manusia?  Karena itulah Pak Zainul sangat menolak vaksin.

Tambahan lagi ada masukan dari Samsul teman akrabnya saat SMA. "Nul,  tubuh kita adalah hak kita sendiri.  Jangan mau dipaksa paksa untuk vaksin.  Kalau ada apa- apa kita sendiri yang akan merasakannya."

 Kata-kata Samsul selalu terngiang dalam benak Pak Zainul.  Lagipula Samsul kelihatan sehat dan bugar,  meski beberapa kali ia mengunjungi cucunya di luar kota. 

" Kalau kita takut,  kita akan semakin sakit...  Biasa sajalah.  Media terlalu membesar-besarkan masalah covid ini," kata Samsul saat itu. 

Lain Pak Zainul lain pula istrinya. Bu Zainul adalah kader kesehatan.  Bersama  kader yang lain Bu Zainul selalu aktif menyosialisasikan bahayanya covid dan pentingnya prokes.  Dan kemarin ketika ada tawaran untuk vaksin dengan kuota yang terbatas dari sebuah balai kesehatan Bu Zainul dan teman-temannya  langsung ikut.  Apakah Pak Zainul diajak?  Tentu saja!  Tapi Bu Zainul sudah tahu apa jawabannya.

*** 

"Assalamu'alaikum.. "

Demi mendengar suara itu Pak Zainul segera bangkit menuju ruang depan.  Segala kata-kata amarah sudah siap keluar dari mulutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun