Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjelang Lebaran

6 Mei 2021   11:57 Diperbarui: 6 Mei 2021   12:04 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Flickriver


Santi menatap kalender dengan resah.  Lebaran kurang dua hari lagi.  Di satu sisi dia senang karena ibadah Ramadhan bisa dituntaskan.  Di sisi lain resah, lebaran berarti silaturahmi dengan keluarga besar di rumah Pakde.  Ya,  karena kakek dan nenek sudah meninggal acara silaturahmi pindah ke rumah pakde sebagai saudara ayah yang tertua. Rumah pakde lumayan besar,  cukup untuk menampung seluruh keluarga bahkan meski datang membawa semua anak dan cucu mereka.

Silaturahmi di pakde berarti siap mendengarkan cerita yang panjang , bukan dari pakde saja,  tapi juga dari paman-paman yang lain. Pakde dan paman-paman yang lain terbilang sukses.  Di antara keluarga besar  keluarga Santi yang paling sederhana.  Mereka hidup pas-pasan.  Di kampung lagi.  Apalagi sejak bapak tiada,  jarang-jarang ada keluarga yang mau berkunjung ke rumah.

Cerita yang muncul dalam ajang silaturami keluarga besar selalu dibumbui dengan kesuksesan putra-putri  masing-masing. 

"Dino masih semester 8, belum lulus,  tapi sudah ada perusahaan yang akan merekrutnya," kata paman Hadi ayah Dino.

"Wow,  hebat sekali, " timpal yang lain

"Dani masih bekerja di Jepang?" tanya pakde ingin tahu.

"Iya kontraknya belum habis.., " Dani adalah kakak Dino.

"Fahmi sekarang bekerja di perusahaan asing yang gajinya sekian kali lipat PNS.. ," yang ini dari paman Bayu. Dilanjutkan dengan cerita-cerita lain yang penuh 'taburan bintang'.

 Itu percakapan tahun kemarin. Tahun ini pasti lebih dahsyat lagi.

Diam-diam Santi berkaca pada dirinya. Apa yang bisa dibanggakan pada dirinya?  Ia lulusan S1 juga.  Tapi lamaran yang dimasukkan selalu ditolak. Entah kenapa. Meski ibuk selalu menghiburnya, tapi tak urung hatinya selalu merasa resah.

"Sabar,  belum rezeki," hibur ibuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun