Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tantangan Hidup Membuatnya Lebih Pintar dan Profesional

14 April 2021   20:56 Diperbarui: 14 April 2021   21:25 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dik Nur dalam lukisan, dokpri


Perawakannya kecil,  gesit.  Bawaannya lincah dan ramah.  Itu kesan pertama saya saat bertemu dengannya.  Saya memanggilnya Dik Nur karena usianya terpaut agak jauh di bawah saya. Dik Nur adalah istri dari seorang seniman yang cukup terkenal di Mojosari.

Karena hubungan kami yang begitu dekat Dik Nur sering menceritakan perjuangannya dengan sang suami mulai dari nol sampai titik sekarang ini. 

Pak Yusa, suami Dik Nur adalah lulusan seni rupa IKIP Malang jurusan seni lukis.  Cita citanya sudah jelas,  jadi seniman pelukis. Namun untuk mewujudkan sebuah cita-cita sering tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kadang ada pertentangan antara idealisme dan kebutuhan sehari-hari.  Di sinilah peran Dik Nur sebagai seorang pendamping sangat menentukan.

Sesudah lulus kuliah Pak Yusa tetap konsisten melukis.  Boleh dikatakan melukis adalah hidupnya.  Namun itu tidak serta merta membuatnya menjadi pelukis yang 'laku' atau terkenal.  Sementara saat itu dengan satu anak dapur harus tetap ngebul. 

Untuk menyiasati hal tersebut Dik Nur dengan kepandaiannya memasak membuat perut ayam dan pastel untuk dijual di pasar.  Tiap hari ia membuat kue sekaligus menjualnya di pasar Mojosari.

Karena kasihan  melihat istrinya ruwet sendirian kadang suaminya ingin membantu lebih intens di dapur.  Sekalian menerjuni dunia memasak bersama, pikirnya. Tapi Dik Nur selalu melarang, dan menyuruhnya tetap menekuni dunia melukis yang menjadi passionnya.  Biarlah kue menjadi dunianya,  melukis dunia suaminya. Baru pada saat mengantar kue ke pasar sebelum Subuh ia diantar suaminya. 

Seiring dengan perjalanan waktu  Pak Yusa tertarik dengan alat peraga mainan berwarna-warni yang ada di TK dekat rumahnya.  Tiba-tiba muncul ide dalam benaknya untuk membuat mainan anak-anak.  Sejak masih kuliah Pak Yusa sering membuat kerajinan dari kayu bersama teman -temannya dalam sebuah sanggar.  Mulailah Pak Yusa membuat mainan dari kayu yang dicat warna-warni.

Contoh mainan edukasi, dokpri
Contoh mainan edukasi, dokpri
Bagaimana memasarkannya? Ternyata diam-diam Dik Nur mempunyai bakat yang besar dalam penjualan. Dengan keluwesan dan kepandaiannya menarik pembeli Dik Nur sendiri yang memasarkan dari sekolah ke sekolah. Dik Nur benar-benar banting stir dari pembuat dan penjual kue menjadi sales alat pembelajaran TK.  Alhasil banyak yang menyukai mainan  edukasi buatan Pak Yusa.

Kreasi diperluas lagi dengan membuat papan data,  hiasan  quotes dan mainan yang lebih besar. Untuk mainan yang lebih besar misal kuda-kudaan, ayunan,  Pak Yusa bekerja sama dengan pihak lain.  Daerah jelajahpun semakin luas.  Dik Nur tidak hanya memasarkan di TK,  tapi juga merambah SD.

Semakin akrab dengan sekolah-sekolah yang menjadi langganan membuat Dik Nur berani mempromosikan Pak Yusa sebagai pelukis dinding sekolah. Nah,  dari sini mulailah debut Pak Yusa sebagai pelukis dinding sekolah terutama TK. Dari satu TK akhirnya banyak yang minta supaya dindingnya dilukis oleh Pak Yusa.  

Bahkan SD juga. Jika anda kebetulan berjalan -jalan di kawasan Mojosari dan sekitarnya lalu menemukan lukisan dinding di TK , besar kemungkinan itu adalah lukisan Pak Yusa.

Lukisan dinding, dokpri
Lukisan dinding, dokpri
Melihat kepiawaian Pak Yusa dalam melukis banyak TK yang meminta Pak Yusa untuk menjadi guru ekstra melukis. Apalagi setelah mendapat cerita dari Dik Nur bahwa Pak Yusa adalah sarjana seni rupa dari IKIP Malang.  Pasti dia bisa mengajar. Singkat kata bukan hanya produk yang ditawarkan Dik Nur,  tapi juga keahlian suaminya.

Seiring dengan semakin padatnya kegiatan kesejahteraan keluarga Dik Nurpun semakin meningkat.  Rumah yang dulu pindah-pindah karena mengontrak, kini sudah punya sendiri. Putra yang terbesar kuliah di Universitas Negeri Malang jurusan desain grafis.  Like father like son.  Sang putra mempunyai bakat yang hampir sama dengan ayahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun