Bergantian kami mengambil sirup jahe ke cangkir kami. Â Aku melirik Marwan sekilas. Â Dalam remang cahaya aku bisa melihat dia sudah mulai tenang.Â
"Kami pulang mengaji, Â Nek, " jawab Dodit
"Benar, Â sampai di depan rumah ini tiba-tiba deras hujannya, " timpalku
"Ooh mengaji di langgar ya, " kata nenek
"Benar, " jawab kami serempak. Pembicaraan terus berlanjut.  Ternyata nenek tinggal sendirian di rumah itu.  Sesekali  putera nya yang tinggal di luar kota datang menengok dan sekembalinya  nenek selalu membuatkan jenang . Jenang adalah sejenis penganan dari tepung ketan,  gula dan santan yang dimasak dalam waktu yang lama dengan menggunakan wajan yang cukup besar.
"Ooh, apakah empat  hari yang lalu  nenek memasak jenang ?" tanya Rino penasaran.
"Dari mana kamu tahu le? " nenek Salma bertanya heran.
"Malam itu kakakku lewat depan rumah, Â dan tampak asap mengepul dari cerobong rumah ini.Â
Nenek tertawa. " Benar sekali.., "
Kulihat Marwan menghela nafas lega. Â Ternyata nenek memang membuat ramuan. Â Bukan ramuan seperti perkiraannya, Â tapi ramuan jenang, Â sejenis penganan yang amat lezat.
Nenek tertawa geli ketika kami menceritakan tentang macam-macam prasangka kami pada rumah nenek. Â Baik tentang mahluk halus ataupun nenek sihir.