Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Rumah di Tikungan Jalan (Sebuah Cerita di Masa Kecil)

25 Januari 2021   14:26 Diperbarui: 25 Januari 2021   14:41 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: AyoYogya.com

"Ssst...  diam, Wan, " bisik Dodit. Suasana gelap gulita.  Sepi,  yang tinggal adalah derasnya suara hujan dan isak tangis Marwan.

Tiba-tiba dari arah belakang kami terdengar suara pintu dibuka.  Deritnya benar-benar menimbulkan rasa jerih di hati kami.  Samar-samar tampak temaram cahaya lilin yang bergerak-gerak tertiup angin. 

"Lhoo..,  kenapa di sini anak anak? "  Seorang nenek sudah berdiri tepat di depan pintu sambil membawa lilin yang diletakkan dalam sebuah cawan. 

"Ampuun,   ampun Nek..  Biarkan kami pergi! " jerit Marwan ketakutan.

Kami diam terpaku,  bayangan nenek yang bergoyang-goyang karena sinar lilin yang tertiup angin tampak sangat menyeramkan.  " Kalian kehujanan rupanya... Ayo masuk, " ajak nenek itu. 

"Tte...rrima kasih Nek,  kami di sini saja., " tolakku. Lebih baik di luar kedinginan daripada dijadikan ramuan ,pikirku.

"Ayolah masuk...   nanti masuk angin, " ajak nenek itu setengah memaksa.  Sekali lagi petir terdengar. 

"Aaaa...! " teriak kami bersamaan.

"Ayo anak anak,  masuk! " ajak nenek itu tegas.  Mau tak mau kamipun masuk.  Kurasakan Marwan mencengkeram erat tanganku.  Kami duduk di sebuah bangku panjang.  Suasana temaram, sehingga kami tidak bisa melihat ruangan dengan jelas. Namun aku masih sempat melihat kaki nenek itu.  Aman,  pikirku,  kakinya menjejak lantai,  berarti bukan golongan mahluk mahluk tak kasat mata seperti yang diceritakan Jojon. 

"Dari mana saja kalian?  Orang tua kalian pasti bingung mencari, " kata nenek memulai percakapan. sambil membawa satu poci minuman.  Bau jahe langsung merebak begitu poci dan empat cangkir diletakkan di atas meja.

"Ayo,  diminum,  biar hangat , "kata nenek  ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun