Bastian menggoyang-goyangkan adik yang menangis dalam gendongannya. Â Sambil mencoba menghibur diajaknya adiknya keluar melihat ayam yang berkeliaran. Â Sontak si kecil dalam gendongannya diam, Â dan Bastian duduk di teras depan rumahnya menunggu ibunya yang sedang mencuci baju.
" Sudah Le, Â mana, " kata ibunya sambil meraih adik Bastian. Â Baju ibu masih agak basah karena cucian yang harus dikerjakanhari ini agak banyak.Â
"Ibuk tidak ngaso dulu? " kata Bastian.
Ibunya menggeleng.
"Wes, Â ndang sinau, " kata ibu Bastian. Â Si kecil segera menelusupkan kepala dalam gendongan ibunya dan tak lama kemudian ia tertidur.
Sambil membuka-buka buku paket Bastian mulai menandai tugas-tugas yang harus dikerjakan. Agak banyak juga sih.. Â tugas satu minggu..
Bastian selama ini agak kesulitan menerima tugas dari sekolah.  Hp ikut teman.  Titin yang rumahnya tidak jauh dari Bastian berbaik hati untuk selalu memberitahu  tugas apa saja yang harus dikerjakan. Hp Bastian sendiri kata bapak rusak,  jadi harus dibetulkan.
"Bas..., Â " suara bapak memanggilnya dari dalam. Â Bergegas Bastian menuju Bapaknya.
"Ada apa, Â Pak? " tanya Bastian hati-hati. Â Sejak pandemi bapak selalu terlihat suntuk. Bastian faham , Lik No yang sering mengajak bapak kerja jadi kuli juga tampak menganggur. Â Jika Lik No nganggur, Â pasti bapak juga. Â Akhir akhir ini untuk makan sehari-hari ibuk membantu tetangga mencuci baju. Â Sementara itu adiknya dijaga Bastian. Â Bapak? Â Sedang cari kerja, Â demikian selalu kata ibuk.Â
Bapak selalu pulang di atas duhur dan langsung masuk rumah. Â Merokok sebentar lalu tidur hingga sore. Â Di atas maghrib bapak keluar lagi sampai malam. Â Sering Bastian berharap, Â bapak tiba-tiba pulang dengan membawakan makanan atau mainan kesukaannya. Tapi sepertinya tak pernah terjadi. Â "Zaman lagi susah le.., Â sabar, " kata ibuk menghiburnya.