Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serangan Fajar

10 Desember 2020   10:57 Diperbarui: 10 Desember 2020   11:11 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:nugresik.or.id

Setiap mendengar kata serangan fajar yang terbayang dalam benak saya adalah film yang disutradarai Arifin C Noor yang diputar di kisaran tahun 1980 an. Film apik yang menceritakan tentang peperangan tahun 1945 dengan menonjolkan tokoh anak kecil yang bernama Temon. Temon anak revolusi, nama lain dari film serangan fajar kala itu.

Di masa pemilu serangan fajar mempunyai makna yang jauh berbeda.  Entah siapa yang membuat istilah itu pertama kali.  Yang jelas serangan fajar di masa pemilu mempunyai makna bingkisan atau sesuatu yang diberikan oleh calon yang akan dipilih kepada pemilih. Untuk apa? Jelas untuk menarik simpati supaya dipilih.  Serangan fajar bisa dalam berbagai bentuk,  sembako,  uang bahkan bentuk yang lain. 

Meskipun tahun ini kota Malang tidak ikut pilkada serentak (pilkada kota Malang telah dilaksanakan tahun 2018), tapi kami ikut ketiban rezeki libur nasional. Libur sehari ini membuat saya teringat pesta demokrasi di tahun-tahun yang lalu.

Pesta demokrasi dan serangan fajar adalah hal yang tidak bisa dipisahkan menurut saya. Mengenai serangan fajar saya mempunyai beberapa pengalaman unik. 

Saat di kota saya ada pemilihan walikota kira-kira 10 -15 tahun yang lalu,  tiba-tiba saja malam sebelum pemilihan rumah saya didatangi tetangga yang notabene adalah tim sukses salah satu calon.  Dengan membawa kresek hitam berisi beras,  gula dan minyak,  tetangga saya dengan ramahnya berkata ," Dari Ebes, Mbak.."   

Ebes adalah panggilan kami pada orang tua atau yang dituakan.  Dengan istilah tersebut saya langsung faham,Ebes pasti calon yang didukungnya.  Kresek saya terima dengan senang hati ( isinya sembako..  Masa ditolak..?). Tetangga saya langsung melanjutkan pembagian sembako. Tentunya malam itu kami satu kampung sangat gembira karena mendapat bingkisan sembako dari Ebes.  Perkara pilihan?  Itu soal hati kami masing-masing. 

Tapi alhamdulillah besoknya saat Pilkada Ebes menang mutlak.  Tidak sia-sia berarti 'serangan malamnya'. 

Pengalaman berikutnya saat pilkada lima tahun kemudian.  Saya tidak tahu ini serangan fajar atau bukan.  Yang jelas kami satu kampung dijanjikan akan diajak ziarah ke makam wali jika calon A terpilih. Rekreasi dengan warga kampung? Sangat menyenangkan tentunya.

Kapan lagi? Akhirnya kami ibu-ibu pengajian sepakat untuk memilih calon A, dengan harapan kami bisa segera rekreasi bersama.

Alhamdulillah di hari perhitungan calon A menang.  . Kami ikut bahagia karena beberapa hari kemudian secara bertahap kamipun diberangkatkan ziarah ke makam  wali lima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun