Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Game Online (Sebuah Cerita tentang PJJ)

8 Desember 2020   11:45 Diperbarui: 8 Desember 2020   11:48 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Pagi ini seperti biasanya bapak berangkat ngojek,  Ibuk istirahat sehabis mengantar roti goreng ke pasar dan Mas Dadang ngopi di dapur.  Iwan?  Asyik main game dengan HPnya di kamar. Dengan dalih masuk LMS maka semua aman.  Tak ada yang berani mengganggunya.

Tiba-tiba terdengar pintu depan diketuk.  Tumben,  pagi-pagi begini ada tamu pikir Iwan. Jam masih menunjukkan pukul setengah 10.

Pintu dibuka Mas Dadang,  setelah berbincang-bincang sebentar, tamu pun dipersilakan masuk. 

Mas Dadang memanggil ibuk dan tak lama kemudian tamu yang ternyata dua orang itu berbincang serius dengan ibuk ,sementara Iwan semakin asyik dengan HPnya.

Tiba-tiba,  "Wan,  sini,  Le, " terdengar suara ibu agak tersendat.  Entah mengapa perasaan Iwan jadi tidak enak. Diletakkan HPnya di pembaringan lalu pelan-pelan ia menuju ruang tamu. 

Dan deg...  Iwan merasa dunianya kiamat ketika melihat dua orang berseragam khaki yang duduk di ruang tamu. Guru BK dan wali kelas nya! Iwan amat hapal meski keduanya mengenakan masker

"Selamat pagi Iwan, " kata guru BK ramah.

"Apa kabar Iwan? " tanya wali kelas pula.  Iwan mematung di dekat ibuk.  Mulutnya tak mampu bersuara. 

Ibuk memandangnya kecewa.  Ternyata wali kelas dan BKnya sudah menceritakan pada ibu bahwa Iwan sering tidak masuk LMS, tanggungan tugasnyapun banyak.  Whatsapp dari sekolah tak pernah diperhatikan. Apa lagi ibuk juga menjawab tidak tahu ketika ditanya apakah rapor sisipan Iwan sudah didownload.

 Iwan bergidik..  Rapot sisipannya sebenarnya sudah didownload.  Nilainya sangat mengerikan.  Tidak ada satu nilaipun yang di atas kkm.  Tugasnya bolong-bolong pula. Iwan jadi takut menunjukkan pada bapak dan ibuk.

Dari dapur tampak Mas Dadang memandangnya dengan tatapan tak kalah kecewa.  Iwan tak bisa membayangkan bagaimana wajah bapak nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun