Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tumbas Jajan, Bu..?

16 November 2020   21:42 Diperbarui: 16 November 2020   21:57 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : cookpad.com

                                                                                                                                  

Bu Yuli tumbas jajan..?   Suara itu selalu menyapa setiap pagi sambil mengetuk pintu pagar rumah .  Pemiliknya adalah seorang ibu, saya panggil dengan panggilan akrab bu Jajan. Alasannya simpel, karena tiap hari ibu ini berkeliling untuk berjualan jajan.  Bu Jajan sudah agak sepuh tapi masih mampu membawa dua keranjang plastik berisi aneka macam kue.  Pastel,  othok- othok (roti goreng isi kacang hijau),  pisang goreng,  martabak dan lumpia. 

Begitu mendengar suara itu, biasanya saya langsung menghentikan kegiatan ,  lalu  membawa piring dan uang Rp5000. Bu Jajan langsung menerima piring saya dan meletakkan pisang goreng,  othok-othok dan pastel yang menjadi favorit kami. 

Dulu saat masih sering mensuplai jajanan di kantin sekolah saya,  bu Jajan bisa membuat jajanan dalam jumlah yang banyak.  Karena yang dibuat mayoritas adalah pastel orang-orang  di sekolah memanggilnya bu Pastel.  Dipanggil apa saja  tidak apa katanya ,yang jelas saat itu keranjang yang dibawa bu Jajan selalu berisi pastel hangat  yang lezat.

Saya pernah bertanya kenapa tidak mensuplai sekolah lagi?  Ternyata seiring bertambahnya usia Bu Jajan sudah tidak begitu kuat memasak dalamjumlah banyak  .  Lagi pula selera jajan anak-anak sekarang sudah jauh berbeda.  Anak anak sekarang lebih suka jajan yang serba saos dan sambal.  Misal cilok dan tempura . Akibatnya pangsa pasar dagangan bu Jajan semakin berkurang. 

Suatu saat setelah lama tidak berjualan karena pandemi,tiba- tiba di sore hari  Bu  Jajan datang ke rumah saya. 

"Saya mau pinjam modal,  Bu Yuli, " katanya ragu-ragu.

Deg..Mendengar kata modal bayangan saya adalah uang dalam jumlah yang besar.

"Pinten, Bu? " tanya saya

"Lima puluh ribu,  nanti bulan depan saya kembalikan.. "

Ya Allah,  segera saya ambilkan uang di dompet dan saya serahkan.  Bu Jajan pulang dengan wajah berseri dan berkali- kali mengucapkan terima kasih pada saya.  Sesudah bulan berganti , Bu Jajan berkata pada saya bahwa belum bisa mengembalikan uang  karena di masa covid ini jualan sepi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun