Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

L a v i

4 Desember 2018   18:42 Diperbarui: 6 Desember 2018   06:01 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sangat bahagia tinggal disini. Ria dan ibu selalu bercanda dan tertawa setiap saat. Membuat suasana rumah terasa hangat dan ceria.

Ria sangat baik dan selalu memperhatikan aku. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, atau sepulang beraktifitas di sore hari, dia selalu memberikan makanan dan minuman untukku.  

Ibu juga baik. Meskipun aku jarang bertemu dengan beliau karena kesibukannya, tetapi aku tahu, ibulah yang membelikan semua makanan dan minuman itu untukku dengan menyisihkan penghasilan bulanannya.

Ria sering mengajakku berbincang-bincang. Tentang kejadian apa saja yang dialaminya setiap hari. Sesekali, ia juga memutarkan musik yang indah untukku. Musik yang memberikan kekuatan bagi tubuhku supaya tetap sehat dan dapat mengembangkan kemampuan diri.

Aku sangat menyayangi mereka.



                                   ~ o0o ~ 



Udara malam ini terasa berbeda.

Dingin.

Tetapi dingin yang aneh.

Perasaanku tidak enak.


Suasana di dalam rumah telah sepi. Pasti Ria dan ibu sudah tidur di kamarnya masing-masing.  Semoga mereka berdua tidur menggunakan selimut. Aku tidak mau mereka terbangun karena udara dingin ini.


Tiba-tiba kurasakan datangnya gelombang sedingin es yang menerpa dari arah belakang.


Aku bersiap.  

Menyiagakan semua indera pada tubuhku.

Gelombang dingin itu semakin menebal.  

 

 Dan ... ia datang.

 

Sosok itu melayang rendah di atas tanah.

Bergerak perlahan memasuki rumah.

Aku bisa melihat wujudnya di balik kabut kelam yang menyelubunginya.

Dengan jubah hitam dan rambut hitam panjang yang tergerai menutupi setengah wajahnya.

Wajah yang rata - tanpa mata, hidung dan mulut.

Kedua tangannya terjulur ke depan. Kaku dan berkeretak, dengan jemari panjang seperti cakar.

Aku tak tahu siapa dia, dan apa maunya.

Tapi dia tidak boleh sampai masuk ke dalam kamar.  

Aku harus melindungi Ria dan ibu!

 

Kugabungkan seluruh kekuatan yang kumiliki.

Semua kebaikan yang kudapat dari Ria dan ibu.

Segala cinta, kasih sayang dan ketulusan mereka padaku.

Kupusatkan semuanya pada inti tubuhku.  

Lalu, dengan segenap jiwa dan raga, kulepaskan semuanya dengan kekuatan penuh.

 

Pergi kau makhluk jahat!

Jangan ganggu keluargaku!

Mereka harta paling berhargaku!

Pergii!!

Pergiiii!!


 

                                   ~ o0o ~

 


"Lho, ada apa Ria? Kok kamu nangis?"

"Itu Buu ... Laviiii ....! Lihat deh! Semalam sebelum tidur, Ria lihat Lavi masih sehat kok ... Tapi kenapa sekarang jadi begini? Perbuatan siapa ini Buu ... hikss  ..." 

"Lhooo ... Laviiii ?? Kok ... bisa tiba-tiba jadi begini sihh?

"Lavi matiii Buuu .... huaaaa ... siapa siihh yang jahat sama Laviii ...?"

"Apa karena ... udaranya semalam dingin sekali ya ...?"

"Masa, cuma gara-gara udara terlalu dingin, terus dahannya jadi patah-patah dan daunnya rontok semua begini ...?Lavender kan kuat Buu ... huaaaa ...! Padahal Lavi lagi mau berbungaaaa ...! Ibuuuu ... waaaaaa ...."

"Sssh ... iya iya, cep ... cep, sabar yaa Sayang. Ibu juga sediih ..."

"Laviiii ... huaaa ... Ria sayang banget sama kamuuu ... Laviiiii ...!"

.

.

.

.

 

Terimakasih Ria, terimakasih Ibu, aku juga sangat menyayangi kalian berdua.

Tetapi inilah tugasku.

Menghalau energi negatif yang mengancam keselamatan kalian, dengan energi positif yang kumiliki.

Aku dapat tumbuh besar dan kuat karena kasih sayang kalian selama ini.

Dan inilah saatnya aku membalas semuanya.

Semoga di kehidupan selanjutnya, aku bisa bertemu lagi dengan kalian. Dalam tubuh yang berbeda, supaya dapat lebih mengekspresikan kasih sayangku kepada kalian ...

Selamat tinggal Ria, selamat tinggal Ibu ...

 

END.

      

Untuk lavenderku yang tiba-tiba rusak dan mati.

Terimakasih, Lavi.

Sampai bertemu kembali ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun