Permaknaan Hidup
Sudahlah,
Sekian cangkir kopi lumatkan banyak kenangan
Namun sunyi tetap pahit, hangat tak pernah lama
Ketika masa  berdetak seirama degup jantung
Aku masih membenahi gelas-gelas retak
Antara rerintik rindu dan puisi sahdu
Mungkin,
Semilir angin di Dago membelai lembaran buku
Di goreskan dalam linangan air mata, membalik
semua huruf-huruf miring, karena sempurna tak harus
Ditandai, kebaikan tak harus ditulis
Rasa pahit kopi telah penuhi cangkir puisi
Namun, syair-syair layaknya angin, singgah
di ranting patah, daunan yang gugur
Sebelum kita jatuh dalam lipatan yang paling sunyi
Suara Jiwa, 2021