Mohon tunggu...
Yudo AgilKrisnadi
Yudo AgilKrisnadi Mohon Tunggu... Editor - MAHASISWA

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Perilaku Perkembangan Anak pada Masa Prasekolah Menurut Tahapan Teori Erik Erikson

20 April 2021   16:48 Diperbarui: 20 April 2021   17:13 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahapan psikososial Erikson yang pertama adalah tahapan oral-sensori. Tahapan ini dimana pertama kalinya anak mengalami interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Anak membutuhkan pengaruh-pengaruh dari luar dirinya untuk membantu mengatur perilaku-perilaku dasar. Tahapan ini berlangsung sekitar usia 0-1 tahun. Pada masa ini anak banyak menerima rangsangan dari lingkungan sekitar melalui panca indera, seperti perasa berupa mulut, perasa berupa lidah, bau berupa hidung, penglihatan berupa mata dan pendengaran berupa telinga.

Isu psikososial pada tahap ini berupa rasa percaya-tidak percaya yang dialami anak. Orang tua sangat berperan untuk mencapai keberhasilan dalam tahap ini. Keberhasilan yang dicapai berupa rasa nyaman dan tidak takut dalam diri anak. Erison menekankan bahwa pada tahap ini  yang penting bukan hanya kuantitas rasa percaya tersebut, melainkan juga kualitasnya.

Problematika perkembangan pada tahap ini bisa berupa rasa tidak percaya anak yang berlebihan. Mereka akan menunjukkan sikap takut dan berusaha melindungi dirinya sendiri dari lingkungan sekitar. Seperti contoh ketika anak mendapat rangsangan suara melalui indra pendengarannya secara keras atau mendapat perlakuan kasar dari lingkungan sekitarnya maka dalam diri anak tersebut timbul rasa tidak percaya dan berusaha menghindar. Perilaku tidak percaya ini akan menghambat anak untuk berkembang dan bisa berdampak kurang maksimalnya anak untuk melalui isu-isu ditahap berikutnya. Salkind Neil (dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Perkembangan Manusia) menyebutkan anak yang tidak berhasil menyelesaikan krisis rasa percaya ini pada waktu yang tepat akan memiliki landasan yang lemah bagi penyelesaian krisis-krisis berikutnya.

Solusi agar keberhasilan dapat dicapai pada tahap ini menurut Muharrahman (24: 2019) adalah menumbuhkan dan mengembangkan rasa kepercayaan tanpa menekan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Pada tahap inilah ibu sangat berperan dalam pembentukan kepercayaan pada anak. Bukan hanya ibu, keluarga dekat sang anak pun juga ikut andil. Jika pada tahap ini anak menerima rasa hangat dan nyaman dari ibu atau keluarganya, maka anak tersebut akan menganggap dunia sosial sebagai suatu tempat yang aman untuk ditempati.

  • Tahapan 2: Muscular-Anal

Tahapan yang kedua yaitu Muscular-Anal, dalam teori Erikson berwujud kemampuan anak untuk mengatur atau mengendalikan perilaku fisiknya sendiri. Isu psikososial pada tahapan muscular-anal berupa otonomi vs malu (autonomy vs shame). "Selama tahapan ini, anak-anak menghadapi tugas untuk merumuskan atau menemukan kadar pengendalian atas perilaku mereka sendiri."(Muharrahman, 2019: 18). Tahapan ini berlangsung sekitar usia 1-3 tahun. Anak akan menghadapi tugas untuk merumuskan atau menemukan kadar pengendalian atas perilaku mereka sendiri.

Muharraman menjelaskan, jika anak-anak diberi kesempatan untuk menjelajahi dunia sekitarnya dan didorong untuk melakukan tindakan yang mandiri, maka mereka akan mengembangkan rasa otonomi yang sehat. Sebaliknya, jika mereka tidak memiliki kesempatan untuk menguji batas-batas kemampuan mereka (barang kali karena pengasuhnya bersikap terlalu melindungi), maka dalam diri mereka akan berkembang rasa malu dan ragu terhadap kemampuan mereka untuk menghadapi dunia secara efektif.

Problematika perilaku pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan baik yaitu anak akan cenderung bersikap pemalu, sukar berkumpul dengan teman sebayanya. Pemalu merupakan suatu keadaan dalam diri seseorang, dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilain sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri atau tidak mau terbuka.

Solusi untuk mengatasi problematika ini bisa dengan menggunakan peran orang tua. Orang tua atau pendidik hendaknya tidak mengolok-olok sifar pemalu anak atau membicarakan sifar pemalunya di depan anak tersebut (di depan umum). Selain itu diharapkan orang tua mengetahui potensi anak, lalu mendorongnya berani melakukan hal-hal tertentu, melalui media hobi atau potensi yang mereka miliki..

  • Tahapan 3: Lokomotor-Genital

Tahap ketiga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahapan ini berlangsung sekitar usia 3-5 tahun. Tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Pada tahap ini juga merupakan masa-masa dimana anak bermain yang mana anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan.

Pada usia ini anak-anak disebut dengan golden age, karena mereka memiliki ingatan yang luar biasa, apapun hal yang didapatkan di kurun usia ini akan menjadi kenangan seumur hidup. Karena itu orang tua harus menjadi contoh kebajikan agar anak memiliki kenangan yang baik.

Karena pada tahap ini perkembangan psikososial menunjukkan pergeseran langkah anak yang semakin menjauh dari ketergantungan pada orang tuanya menuju mandiri, maka problematika perilaku anak yang muncul yaitu sikap yang agresif. Perilaku agresif yang ditunjukkan anak seperti merebut mainan temannyan. Terkadang anak-anak ketika bermain dengan temannya memiliki tujuan yang kurang baik, contoh ingin menang sendiri dalam permainan, ingin memiliki suatu hal yang ada didepannya. Namun anak menyelesaikan masalah ini dengan tindakan yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun