Mohon tunggu...
Yudo Baskoro
Yudo Baskoro Mohon Tunggu... Lainnya - Former Expert Staff at House of Representatives of The Republic of Indonesia

Pour out some abstract things living in my head

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Action Figure sebagai Fenomena yang Hidup di Masyarakat

5 Februari 2023   18:48 Diperbarui: 10 Februari 2023   15:58 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Foto milik pribadi

Apa yang Kompasianer lihat saat ini? Ya benar sekali, robot-robotan Gundam yang diposekan secara random oleh pemilik-nya. Ada kesenangan tersendiri ketika melihat bahkan memiliki benda-benda tersebut, baik itu karena detail-nya bahkan saat memegang maupun memosekan untuk kemudian dipajang diatas meja. 

Terus terang ketika memasuki dunia perkuliahan timbul pertanyaan dalam diri yang menurut saya hurus dijawab secara filosofis/mendalam "umur segini pantas kah?, kenapa suka dengan barang seperti ini?, sikap seperti apa yang harus diaplikasikan terkait perasaan senang dengan barang seperti ini?" dan berbagai macam pertanyaan lainnya. Sampai pada akhirnya saya menemukan jawaban ketika saya berhadapan dengan segelintir orang yang bisa dikatakan fanatik ketika menghadapi sesuatu yang digemarinya, yang nanti akan dijelaskan pada akhir tulisan ini.

Action figure adalah istilah yang digunakan merujuk pada mainan/figure yang dikategorikan sebagai barang koleksi. Namun bagi orang-orang yang tidak familiar dengan dunia action figure akan menyebutnya "mainan". Bagi penulis sendiri tidak masalah dengan penyebutan "mainan" tersebut, karena pada nyata-nya action figure/mainan ini difungsikan untuk dimainkan sehingga timbul suatu kesenangan. 

Ada macam-macam istilah bagi action figure, seperti model kit yang merujuk pada mainan yang perlu dirakit dahulu, die cast yang merujuk pada figure/mainan yang terbuat dari bahan metal, statue merujuk pada figure yang tidak dapat digerakan (alias mematung), dan action figure yang merujuk pada mainan/figure yang tidak perlu dirakit dan memiliki titik artikulasi sehingga dapat digerakan. Apabila ada istilah lainnya menurut Kompasianer, saya persilahkan untuk mengisinya di kolom komentar.

Seperti yang sudah disebutkan diatas, biasanya orang-orang akan merasa aneh dengan para kolektor mainan/figure karena apa yang mereka lakukan layaknya seperti anak kecil. Bagi para kolektor mainan biasanya yang mereka perhatikan betul adalah detail, painting, dan artikulasi mainan. Semakin mirip figure dengan yang ada di film, game, maupun karakter lainnya, semakin menarik bagi kolektor untuk dikoleksi. Apalagi kalau titik artikulasi pada figure terbilang banyak sehingga figure dapat diposekan macam-macam, seperti ini

Sumber: Foto milik pribadi
Sumber: Foto milik pribadi

Bagi anak kecil, mereka tidak akan seribet kolektor mainan diatas, asalkan berbentuk mainan yang bisa dimainkan dan mirip dengan karakter yang disuka mereka akan senang (terlepas dari detail, pengecatan, artikulasi, dan lain-lainnya). Apa yang dicari kolektor mainan dengan mengoleksi mainan? Jawabannya tentu kesenangan batin. 

Khusus saya pribadi, saya mengoleksi benda-benda seperti ini untuk memenuhi rasa estetika dalam diri, karena setiap manusia pasti memiliki rasa estetika tersendiri untuk dipenuhi. Contohnya, apabila seseorang melihat sepatu yang terlihat bagus pasti orang tersebut merasa senang, dan terdapat keinginan pula dari orang tersebut untuk memilikinya. Selain untuk dimainkan atau dipajang, saat ini action figure telah dikreasikan menjadi objek untuk fotografi, pembuatan komik, sampai menjadi meme gak jelas seperti dibawah ini

Sumber: https://www.tokopedia.com/framythefossil
Sumber: https://www.tokopedia.com/framythefossil

Apakah suatu kesalahan jika mengoleksi mainan? Sepanjang bukan sesuatu yang haram tentu sah-sah saja. Saya pernah menemui beberapa orang yang menyukai salah satu klub olahraga dan artis (yak, sesuatu yang wajar untuk digemari warga 18+). 

Dan menjadi tidak wajar ketika mereka menjadikan yang disukai tersebut sebagai agama, sehingga haram jadah hukumnya ketika salah mengomentari klub olahraga maupun idola-nya tersebut. Dari sini saya berpikir keras kenapa mereka bisa seperti itu. Jawabannya tidak lain dan tidak bukan karena mereka mengikut arus fans di luar negeri yang menjadikan suatu klub olahraga, artis, atau apapun itu yang bersifat hiburan menjadi sesuatu yang "sakral". Sebagai manusia yang sudah melawati fase akil baligh seharusnya mampu memilah dan memilih dalam menyikapi sesuatu yang disenangi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun