Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Guntur, Si "Cabe Rawit"

11 Desember 2019   12:25 Diperbarui: 12 Desember 2019   11:00 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vivi yang pertama kali saya bangunkan karena di dalamnya ada anak-anak yang khawatir nanti susah dibangunkan. Dan setelah semuanya bangun, kami menyiapkan diri kami masing-masing dengan perbekalan untuk menanjak ke puncak.

Setelah dirasa cukup, kami lanjutkan dengan sholat subuh. Selesai semuanya. Saatnya bersiap dengan terlebih dahulu berdoa bersama demi kelancaran, kemudahan, dan keselamatan selama pendakian ke puncak. Bismillahirrahmaanirrahiim..

Tepat jam 5 kami mulai merangkak menembus dingin dan gelapnya suasana pagi itu. Kebanyakan dari kami sudah menempelkan head lamp untuk menerangi jalan kami. Termasuk Nayhan, Faqih, dan Alges yang juga membawa senter di tangan mereka.

Ternyata kami langsung disuguhi oleh trek menanjak! Bebatuan kecil dan besar seolah berkolaborasi untuk mulai menguji adrenalin kami. Toto memimpin paling depan. Sedangkan saya dan Koh Roni (seperti biasa) menjadi sweeper. Bukan karena kami hebat, tapi karena kami berdua memang selalu lelet dalam pendakian, hahaha..

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Jalanan terus menanjak dan sepertinya tidak rela memberikan kami bonus sedikitpun. Semakin jauh kami melangkah, medan semakin berat. Kali ini tidak ada lagi pijakan keras. Semua jalur ditutupi oleh kerikil dan pasir.

Ketika kami menjejakkan satu langkah kami, maka selanjutkan kami akan turun dua atau tiga langkah. Begitu seterusnya. Dan ini yang membuat tenaga saya habis. Saya, Koh Roni dan Vivi sudah tertinggal jauh oleh anggota yang lain.

Hari semakin terang, tapi rasanya kami berjalan di tempat. Beberapa jalur coba kami jajaki untuk mencari pijakan yang kami harapkan mudah untuk membantu kami melangkah. Tapi sia-sia. Semuanya kerikil dan pasir.

Akhirnya kami pasrah. Yang kami bertiga bisa lakukan adalah stop and go alias jalan berhenti, jalan lagi, berhenti lagi. Sudah jam 7 pagi dan kami masih setengah perjalanan menuju Puncak 1. Sementara di sekitar saya lihat banyak pendaki yang sudah mulai turun. Saya sempat bertanya ke Koh Roni.

"Koh, muncak gak nih kita? Sudah siang begini," tanyaku meminta kepastian kepada Koh Roni. Pertanyaan saya bukan tanpa alasan. Selain tenaga yang sudah hampir terkuras habis, persediaan minuman pun semakin menipis.

Belum lagi saya lihat Vivi yang tampak kepayahan. Terus terang saya khawatir juga karena merasa punya tanggung jawab ke dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun