Mohon tunggu...
Yudi Irawan
Yudi Irawan Mohon Tunggu... Administrasi - Bukan Seorang Penulis

Seseorang yang baru saja belajar menulis di usia senja :-)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gunung Sindoro dan Sepotong Roti Pemberi Semangat

16 Mei 2018   21:32 Diperbarui: 17 Mei 2018   06:53 2961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, ribuan bintang dan milky way menghiasi langit malam itu. Masya Allah... lagi-lagi kami mengagumi keindahan ciptaan Allah itu. Dan itu artinya tidak ada hujan yang turun yang mungkin saja bisa menggangu tidur kami. Termasuk irama dengkur Toto dan Alfons yang saling bersahutan sepanjang malam. Terasa merdu mengalahkan suara duet Raisa dan Isyana :-)

Terima kasih ya Allah untuk hari itu.

Sabtu, 12 Mei 2018

Toto bangun paling dulu, dan langsung membangunkan kami semua, termasuk tenda tetangga yang dihuni Wahyu, Naw dan Ari. Tanpa perlu banyak diingatkan lagi, kami semua bergegas untuk menyiapkan keperluan pendakian summit. Jam pagi itu menunjukkan 03.20 ketika kami mulai berjalan perlahan ditengah kegelapan. 

Hanya Ari yang tinggal di tenda karena memang disiagakan untuk kebutuhan kami turun nanti. Dengan bermodal senter dikepala masing-masing, kami telusuri jalan berliku dan menanjak. Sekali lagi tidak ada bonus sama sekali. Batu terjal, akar pohon, kerikil kecil yang licin jadi pijakan kami. Dan tidak seperti sebelum-sebelumnya. Bagi saya pribadi, mungkin ini track yang paling ektrim yang saya lalui. Kesulitannya diatas bayangan saya. 

Saya pikir, Gunung Lawu sudah berat (kalau baca cerita saya tentang pendakian Gunung Lawu). Ternyata salah. Ini jauh lebih berat. Saya betul-betul kepayahan untuk menjejakkan setiap langkah kaki.

Hampir setiap tiga menit atau beberapa langkah, saya pasti berhenti untuk mengumpulkan tenaga dan nafas. Ini yang membuat saya tertinggal dibandingkan Toto, Alfons dan Wahyu. Koh Roni? Jangan diceritain deh, tahu sendiri kan dia, hahaha... Untungnya ada Naw yang setia menemani teman tangguh saya itu. Persis Rexona yang setia setiap saat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Upaya lelah saya menghasilkan juga. Walau belum sampai puncak, Pos Empat akhirnya berhasil saya pijak tepat jam 05.15 pagi. Pos ini merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak Sindoro. Pos ini berupa tanah datar yang kalau saya ukur luasnya sekitar 15 x 7 meter dengan sebuah tumpukan batu besar di depannya.

Batu inilah yang menjadi tempat pengambilan foto-foto keren dengan latar belakang pegunungan di Jawa Tengah. Sumbing, Merbabu, Merapi, Lawu, Ungaran adalah gunung-gunung yang nantinya akan menghiasi latar belakang foto-foto di Pos Empat ini. Saya, Toto, Alfons dan Wahyu-pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Beragam sudut dan gaya pengambilan foto kami lakukan. Setelah puas baru kami mulai mendaki lagi untuk segera mencapai puncak. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Masih dengan tenaga yang masih tersisa, saya terus mencoba berjalan meniti beragam pijakan yang ada. Kadang diselingi dengan merangkak dan memegang batu-batu yang ada disekitarnya. Jalan menuju puncak didominasi oleh kombinasi bebatuan besar dan kecil. Kadang menimbulkan debu. Dan ada pula batu-batu yang jatuh menggelinding dari atas.

Sama seperti Gunung Semeru, namun ini leih kasar bebatuannya. Dari kejauhan saya lihat Koh Roni sudah sampai di Pos Empat dan sedang asyik bergaya untuk foto-foto. Saya senyum-senyum sendiri melihatnya. Dan ketika menengok keatas, saya lihat Alfons yang gak punya udel dan capek itu terus aja jalan dengan santainya. Duh tuh orang, kakinya dibuat dari apa sih? 

Rasanya inilah puncak dari segala kelelahan saya. Bebatuan terjal, licin dan kemiringan hampir 60 derajat rupanya membuat perlawanan saya berakhir.

Pada sebuah batu saya bersandar. Sebetulnya saya sudah meilhat Sang Saka Merah Putih berkibar dengan gagahnya. Dibelakangnya ada sekumpulan asap dari kawah belerang yang terbang seolah memanggil. Itulah tanda dari puncak Gunung Sindoro. Paling sekitar 30 meter lagi dari tempat saya bersandar. Tapi apa daya, seluruh kekuatan saya sudah hilang. Wahyu yang menyadari saya duduk dengan nafas yang terengah-engah, mencoba memberikan semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun