Mohon tunggu...
YUDI MASRAMID
YUDI MASRAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Angka Kelahiran Rendah, Usaha Korea untuk Anak Sampai Dua Tahun

7 Desember 2022   22:56 Diperbarui: 7 Desember 2022   23:02 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


Secara naluri, kita mungkin heran adanya keinginan tidak menikah dan punya anak yang trend dinegara maju. Ketika sebagian orang khawatir dengan populasi yang meningkat, sebagian lagi enggan punya anak.

Apa jadinya ketika mereka tua, punya harta yang dikumpulkan dengan susah payah tapi tanpa pewaris.

Ini terjadi di negara maju dan di Asia tempatnta adalah Jepang dan Korea Selatan.

Korea Selatan saat ini   tingkat kelahiran terendah di dunia. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan negaranya telah menghabiskan lebih dari $200 miliar untuk upaya meningkatkan populasi selama 16 tahun terakhir.

Korea telah  memberikan dukungan keuangan untuk keluarga  punya bayi, namun masih belum berarti. Biaya bantuan ditingkatkan.

Tunjangan bulanan untuk orang tua dengan anak di bawah usia 1 tahun ditingkatkan dari 300.000 won ($230) saat ini menjadi 700.000 won ($540) pada tahun 2023 dan menjadi 1 juta won ($770) dan pada tahun 2024. Angka yang sangat besar tentunya, tapi tetap saja kurang menarik. Pemerintah membuat keputusan waktunya  diperpanjang  sampai anak berusia dua tahun.

Menurut Bloomberg , subsidi 1 juta won adalah salah satu janji kampanye Presiden Yoon untuk mengatasi angka kelahiran yang rendah di Korea Selatan.

Angka yang dirilis pada bulan November menunjukkan bahwa rata-rata jumlah anak yang diinginkan seorang wanita Korea turun menjadi hanya 0,79.

Pada tahun 2020,  pertama kalinya mencatat lebih banyak kematian daripada kelahiran. Begitu juga  tahun 2021, terjadi penurunan yang tajam pada pasangan yang ingin menikah.

Salah satunya adalah alasan klasik seperti  tantangan ekonomi. Jika ekonomi mapan, perempuan yang bekerja cendrung untuk lebih mencintai kariernya dan enggan untuk menikah. Ketika kesadaran itu datang, semua sudah terlambat karena faktor usia  

Melonjaknya harga rumah juga membuat banyak anak muda ragu untuk menikah. Kecenderungan hidup melajang   salah satu alasan mengapa angka kelahiran di negara ini menurun drastis belakangan ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun