Mohon tunggu...
Yudi Rahardjo
Yudi Rahardjo Mohon Tunggu... Sales - Engineer, Marketer and Story Teller

Movie Enthusiast KOMIK 2020 | Menulis seputar Worklife, Movie and Hobby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Layakah Mengajar dengan Kekerasan?

25 April 2018   20:40 Diperbarui: 25 April 2018   21:09 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : instagram @komikfaktap

Kasus kekerasan yang  dilakukan oleh seorang guru terhadap siswanya di salah satu SMK di Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu, membuat dunia pendidikan indonesia kembali viral. Hal yang aneh adalah  kejadian ini didokumentasi dengan sengaja, atas seizin guru dan para siswa, awalnya hanya untuk dokumentasi pribadi siswa.Sekarang videonya sudah bocor ke publik, tentu saja video ini menjadi viral dan membuat para netizen ramai-ramai berkomentar.

Hukuman  seharusnya adalah sesuatu yang membuat jera, bukan sesuatu yang menyakiti baik fisik ataupun mental. Luka yang timbul dari pemukulan guru tersebut memang bukan luka serius, siswa juga sudah diberi tahu supaya tidak ada dendam atau sakit hati. Meskipun demikian, lain dimulut, lain dihati yang dihadapai adalah siswa SMK yang sudah bukan anak kecil lagi, meraka sudah remaja yang beranjak dewasa,  tidak bisa langsung manut dengan perintah orang lain. 

Sekarang memang tidak ada luka batin, tapi bagaimana jika nanti, bisa saja para siswa ini berbuat nekat. Bagaimana  juga dengan perasaan orang tua para siswa tersebut. Ada orang tua yang memang memaklumi dengan hukuman kepada anak mereka, dan pastinya ada juga yang tidak terima jika anaknya diperlakukan seperti itu. 

Guru  dalam bahasa jawa dikatakan adalah singkatan dari  digugu lan ditiru, yang artinya dipercaya dan ditiru. Di masa yang akan datang, ketika siswa siswa SMK yang menjadi korban ini dewasa, kemudian mereka juga menjadi guru, bukan tidak mungkin mereka melakukan metode mengajar dengan menggunakan kekerasan. Selain menjadi  pengajar, guru juga menjadi role model bagi siswanya, bukan hanya mata pelajaran yang kita pahami dari guru yang mengajari kita, kita juga ikut paham karakternya, bagaimana perangainya, dan tindakannya kepada siswa.

Kenyataan si oknum guru ini, ternyata mendapatka pengajaran dengan metode kekerasan sama seperti yang dia lakukan kepada para siswanya, selama masa sekolahnya dulu. Lihat bagaimana metode ini menjadi berkesinambungan dan turun temurun dari generasi ke generasi.

Dulu tidak ada dokumentasi video atau foto yang bisa mudah beredar di internet, sehingga kejadiannya hanya diketahui beberapa pihak tertentu saja, jika pihak-pihak tersebut tutup mulut, sudah tidak ada pihak ataupun media yang tahu, semuanya berjalan kembali seolah tidak terjadi apa-apa. Sekarang sudah berbeda, kejadian macam ini akan dengan mudah menjadi  bahan pemberitaan, dan tentu banyak pihak yang mendapat kecaman.

Tentu berbeda antara menggunakan kekerasan dengan ketegasan. Ketegasan membuat orang lain segan, membuat anak didik menjadi patuh karena memang bertemu dengan sosok yang pantas untuk disegani. Seorang guru harusnya punya sifat yang tegas dan berwibawa.Metode pendidikan dulu memang banyak mengandung kekerasan, itu sudah cara kuno, kekerasan dianggap hal yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah. Sekarang zaman sudah berbeda, sudah ada pendekatan yang bisa dilakukan secara halus, tidak perlu dengan kontak fisik yang menyakitkan.

Referensi :

1, 2

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun