Pemain boleh datang dan pergi, pelatih dan manajemen juga silih berganti, tapi para suporter akan tetap setia menanti. Kami akan tetap menyisihkan tabungan, mengenakan jersey ungu, melintasi ratusan kilometer, dan bernyanyi tiada henti di dalam stadion.
Ya, barangkali sepak bola memang diawali dari kesetiaan suporter, bukan dari gelimang kejayaan sebuah klub. Sepak bola tidak dimulai dari berapa juta rupiah kontrak dan gaji para pemain, tapi dimulai dari rasa cinta dan kesetiaan para penggemar. Jutaan rupiah kontrak dan gaji itu tak ada apa-apanya bila dibandingkan kesetiaan dan kecintaan teman-teman saya di Balad Galuh kepada PSGC Ciamis.
Kita semua, para Balad Galuh, menghayati betul perjalanan PSGC Ciamis di kompetisi Liga Indonesia. Salah satunya yang terasa begitu berat pada dua musim terakhir ini (2018 dan 2019). Pada 2018 lalu saat berkompetisi di Liga 3, PSGC Ciamis harus susah payah untuk bisa promosi ke Liga 2.
Gimana ga susah payah, dari komposisi pemain yang alakadarnya karena pada musim tersebut berlaku regulasi yang mengharuskan setiap tim peserta memiliki 3 pemain senior dan selebihnya skuat dengan kuota umur 23 kebawah. Apalagi banyak pemain yang belum berpengalaman di sebuah kompetisi.
Meski sempat terseok-seok di babak pendahuluan, namun klub yang memiliki julukan Laskar Galuh itu tampil moncer di babak nasional dengan merekrut pemain-pemain yang benar-benar bisa diandalkan dan meyakinkan.
Saya lebih suka menyebut "gerbong Tangerang" dimana para pemain yang direkrut adalah separuh dari kekuatan tim Persikota Tangerang yang gagal lolos ke putaran nasional seperti Khairunnas, Ardi Ramdani, Akbar Eka Putra, Dean, Ari Eka dan Ivan Juliandri.
Para pemain ini menjadi kunci PSGC Ciamis di babak nasional, menambal kekuatan pemain yang mayoritas di isi oleh para pemain lokal Ciamis. Kolaborasi ini membuahkan hasil yang kita harapan, kemenangan demi kemenangan di raih dengan poles taktikal dari coach Heri Rafni Kotari. Kita bersyukur pada akhir musim 2018 lalu, PSGC bisa promosi ke Liga 2 2019.
PSGC Ciamis Musim 2019: Emosional!
Namun, perjuangan pada 2018 tersebut terasa sia-sia. Dimana saat tampil di Liga 2 2019 mereka malah seperti kehabisan bensin dan kesulitan bersaing dimana sebuah kemenangan begitu menjauh dan tak pernah beranjak dari posisi tiga klasemen terbawah, yang pada akhirnya pada akhir kompetisi harus kembali terdegradasi ke Liga 3.
PSGC Ciamis mengakhiri kompetisi Liga 2 musim 2019 tersebut dengan berada di posisi dua terbawah (posisi ke-11) dengan meraih 19 poin dari 6 kali menang, sekali imbang dan 15 kekalahan. Sungguh hasil yang jauh dari harapan.
Di tengah badai kritik, PSGC Ciamis mencoba membangun citra positif dengan mengatakan sederet kegagalan pada musim 2019 menjadi berkah dan modal bangkit pada tahun mendatang.