Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"New Normal" Bagaimana Nasib Pergaulan Manusia Selanjutnya?

4 Juni 2020   14:34 Diperbarui: 4 Juni 2020   14:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemerintah berencana akan menerapkan kebijakan "new normal" ketika penerapan PSBB diakhiri. Ketikan awal masa pandemi penyakit akibat Covid-19, pemerintah sangat menggembar -- gemborkan agar seluruh lapisan masyarakat berdiam diri saja di rumah untuk menekan penyebaran penyakit akibat virus Covid-19. Bisa dibilang hampir seluruh aktivitas kerja manusia langsung terjun bebas atau jungkir balik akibat kebijakan tersebut. Para pegawai diharuskan kerja dari rumah (work from home), pusat perbelanjaan / mal ditutup habis, pasar -- pasar tradisional hanya diperbolehkan menjual kebutuhan pangan saja, setiap orang diwajibkan memakai masker, dan harus menjaga jarak, pokoknya semua serba diperketat yang menyebabkan pergaulan manusia sangat terbatas. Untungnya teknologi informasi sudah maju sehingga sebagian besar komunikasi bisa digantikan melalui virtual, walaupun demikian tetap tidak bisa menggantikan sepenuhnya rasa yang ada dalam jiwa manusia jika bertemu secara langsung.

Kini setelah kurang lebih tiga bulan PSBB diberlakukan, Pemerintah akan melonggarkan PSBB dan mencoba memberlakukan kebijakan "new normal". Artinya berbagai aktivitas masyarakat yang sebelumnya "ditidurkan" perlahan -- lahan akan dibangunkan sehingga dapat bergerak kembali tetapi dengan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat. Banyak masyarakat yang menyarankan kepada pemerintah agar memundurkan pelonggaran PSBB dan menunda kebijakan "new normal". Hal ini karena kasus Covid-19 masih terbilang tinggi sehingga dikhawatirkan apabila kebijakan "new normal" diberlakukan dengan PSBB dilonggarkan atau dicabut maka kasus Covid-19 akan lebih parah. Namun demikian banyak juga yang berharap PSBB dilonggarkan terutama bagi kalangan pekerja lapangan, sebab mereka dalam mencari pendapatan harus berasal dari keadaan yang tidak ada PSBB. Adanya PSBB bagi mereka membuat mereka jungkir balik mempertahankan kehidupannya.

Saya bukan ahli dalam menilai apakah PSBB boleh dilonggarkan atau tidak, saya hanya ingin berbagi pemikiran saja mengenai kebijakan "new normal". Bagi saya pemakaian kata "new normal" kurang atau tidak tepat. Mengapa saya berpikir demikian ? saya melihat pengertian "new normal" dari berbagai artikel yang tersebar, dan menarik kesimpulan bahwa sebagian kebiasaan manusia ketika "new normal" diterapkan nanti akan sangat bertentangan dengan sifat alami manusia. Bukan dalam hal lebih menjaga kebersihan, tetapi ketika cara -- cara bergaul yang harus berjarak seperti menjaga jarak.

Boro -- boro berangkulan bahkan salaman tangan saja tidak boleh.

Contoh sederhana seperti itu tentu sangat bertentangan dengan sifat manusia yang selalu ingin berkelompok, bersosialisasi, yang mengharuskan saling berdekatan. Sehingga apa yang disebut "new normal" malah menjadi tidak normal, bagi saya.

Contoh lagi ketika sholat, bagi umat Islam jika sholat berjama'ah maka diharuskan merapatkan shaf, nah kalau "new normal" tentu harus berjarak minimal satu meter antar jama'ah. Tentu ini sudah bertentangan lagi.

Belum lagi penerapannya di lapangan nanti, bayangkan bagaimana di sekolah, di angkutan umum, di pasar, di stadion dan banyak tempat lagi. Sungguh aneh kebiasaan manusia seperti itu dan menyalahi sifat dasar manusia itu sendiri dan jadi tidak normal menurut saya.

Maka pemakaian kalimat "new normal" bagi saya tidak tepat, jadi harus dicari kalimat lain yang mencerminkan penerapan kebijakan tersebut. Tentu saja kebijakan tersebut bila jadi diterapkan harus sementara waktu, yakni ketika masih ada pandemi. Jika pandemi sudah berakhir maka kebiasaan normal manusia harus dikembalikan lagi seperti fitrahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun