Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Pendidikan Pesantren untuk Metode Pendidikan Indonesia

13 Desember 2019   10:22 Diperbarui: 13 Desember 2019   10:24 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berbicara tentang pendidikan memang tidak ada habis -- habisnya. Hal ini memang tidak akan pernah habis sampai kiamat nanti. Dalam Islam, setiap muslim diwajibkan belajar mulai dari buaian sampai akhir hayat. Pendidikan merupakan jalan utama dalam meniti kehidupan tidak hanya di dunia tapi sampai akhirat nanti. Pendidikan yang ditempuh oleh setiap manusia bisa berbeda -- beda, karena sangat banyak pilihan dalam pendidikan itu sendiri. Pendidikan formal maupun non formal, keduanya memiliki kelebihan dan tujuannya sendiri -- sendiri namun saling mendukung.

Kelembagaan Pendidikan di Indonesia diatur oleh instansi yang paling berwenang sekaligus paling bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Negara berkewajiban menjamin setiap warga negaranya mendapatkan akses pendidikan yang memadai.

Pendidikan juga merupakan jalan untuk mencapai salah satu tujuan nasional, dan hal ini  tertera pada salah satu kalimat dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu ... Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.... Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku instansi pemerintah harus mampu mengelola sistem pendidikan di Indonesia secara baik dan benar.

Namun demikian apa yang terjadi pada saat ini di dunia pendidikan ? apakah sudah benar mengarah kepada pencapaian tujuan nasional tersebut di atas? Bisa dilihat bahwa yang terjadi saat ini adalah selalu terjadi pergantian metode pembelajaran khususnya di sekolah -- sekolah dasar hingga menengah.

Berbagai kurikulum bergantian diterapkan, sehingga tidak bisa disalahkan kalau akhirnya terbentuk opini : ganti menteri -- ganti kurikulum -- ganti metode. Di sini penulis bukan menyalahkan adanya pergantian metode, sebab ibarat bermain sepakbola ketika berhadapan dengan lawan yang berbeda maka harus dicari formasi yang tepat sesuai dengan lawannya.

Namun demikian komposisi inti, kerangka tim, metode dasar tetap dipakai. Demikian juga dalam pendidikan, format pembelajaran bisa disesuaikan dengan tuntutan zaman, namun demikian kerangka dasar jangan sampai ditinggalkan. Apa yang terjadi saat ini adalah begitu ganti kurikulum maka terjadi pergantian metode pembelajaran yang cukup ekstrim. Sehingga bagi sekolah -- sekolah yang tidak siap (banyak terjadi di daerah -- daerah terpencil) akan sangat kerepotan.

Kalau boleh penulis usulkan, mungkin Kementerian Pendidikan bisa mencontoh metode pembelajaran di Pesantren. Bisa dilihat dan dibuktikan bahwa model pembelajaran di Pesantren dari dahulu sebelum Indonesia merdeka sampai sekarang pondasi dan kerangka mereka tidak berubah. Adapun perubahan zaman yang terjadi mereka hanya menyesuaikan hal -- hal yang sifatnya sekunder.

Setahu penulis, pembelajaran di pesantren awalnya dititikberatkan tentang adab, akhlak, etika, sopan -- santun baru dilanjutkan dengan ilmu -- ilmu yang lain. Hasilnya lulusan Pesantren umumnya memiliki pekerti yang luhur namun juga mempunyai ilmu dan pengetahuan sesuai tuntutan zaman.

Penanaman adab, etika, kesopanan, tata krama yang didahulukan dalam pendidikan pesantren sebenarnya sama seperti yang dilakukan oleh negara -- negara maju, hal ini dibuktikan bahwa para orang tua di sana lebih takut anaknya tidak mau atau tidak bisa antri daripada tidak bisa matematika.

Namun hal ini terbalik dengan sekolah -- sekolah umum di negara kita, dimana pelajaran tentang adab, etika, tatakrama lebih banyak diberikan nomor sepatu. Alhasil banyak kita temui kasus -- kasus pelajar yang tidak mencerminkan bahwa dia seorang pelajar.

Maka bagi seorang Menteri Pendidikan di Indonesia, harus sudah menyadari bahwa tanggung jawabnya untuk memajukan pendidikan di Indonesia dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak boleh dipikul sendiri dalam arti harus merangkul semua pihak yang berkepentingan dalam dunia pendidikan. Benar menentukan kebijakan maka pahala yang besar akan mengalir selalu, tetapi bila salah menentukan semoga Alloh SWT segera meluruskannya....

Wasssalam...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun