Mohon tunggu...
Yudi Kita
Yudi Kita Mohon Tunggu... Wiraswasta - My life is a journey

Menulis adalah jalan cerita hidup untuk mengabadikan pikiran, pengalaman dan gagasan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konten Negatif Merusak Bangsa dan Negara

8 Januari 2018   11:54 Diperbarui: 21 April 2019   14:00 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang pernah menjadi viral di negeri ini adalah mayoritas konten konten negatif, hanya sedikit konten konten positif yang mampu viral di negeri ini, entah apa yang menjadi penyebab dasar sehingga negara ini begitu terkotori dengan perilaku seperti itu, apakah masyarakatnya yang tidak mampu memilah ini baik dan itu buruk, atau memang jari jari kita yang terlalu latah untuk menekan tombol share and like, yang kemudian ada sedikit rasa kepuasan karena sudah berbagi, atau bisa juga karena ingin banyak di komentari dan di bicarakan oleh follower sehingga publik hadir melihat media sosial kita.

Apapun alasannya, konten negatif bukan saja telah menyebabkan perubahan struktur sosial di negeri ini, tapi juga telah banyak memakan korban, akibat dari konten konten negatif masyarakat terbelah kedalam berbagai kubu pro dan kontra, masyarakat kita terpecah belah hanya karena pandangan dan provokasi dengan konten konten negatif, setiap konten negatif yang di upload ke media sosial selalu saja mendapat perhatian lebih dibanding konten positif, bahkan konten negatif sebagian telah dijadikan bisnis yang menggiurkan yang mampu menghasilkan pundi pundi rupiah ratusan juta.

Ada banyak artis media sosial yang mampu meraup pundi pundi rupiah melalui konten konten negatif yang di uploadnya, meski namanya dipandang negatif, namun tidak menyurutkannya untuk berhenti, karena cukup nikmat penghasilan yang didapatkan dari hasil konten konten negatif seperti itu, kemudian banyak lagi akun akun media online yang konsen terhadap cerita cerita negatif. Di negara kita, hampir tidak ada media yang mampu booming tanpa konten negatif, media media ternama misalnya, mereka tetap memilih judul berita yang ada sisi negatifnya untuk membuat para pembaca penasaran dan ikut membacanya.

Bukan saja dalam soal politik dan sosial, soal Agama pun konten negatif juga sangat di nikmati, pembicaraan yang terpotong, tulisan tulisan palsu, sampai pendapat yang tidak sama antara ustad A dan ustad B, kemudian di provokasi dan menjadi viral dan memunculkan perdebatan panjang di media sosial. Memang begitulah fenomena perilaku dalam media sosial, sesuatu hal tanpa perdebatan menjadi tidak seru, sehingga perdebatan itu kerap kali dimanfaatkan untuk memecah belah antara masyarakat, belum lagi masyarakat kita yang masih sangat paranoid dan mudah terprovokasi jika sudah merasa pendapatnya tidak sama dengan orang lain, sikap ingin menang sendiri menjadi laku dan modal bagi para pelaku provokasi.

Para pelaku provokasi melakukan itu bukan tanpa alasan, tentu ada kepentingan terselubung dibaliknya, baik itu kepentingan pribadi, politik maupun kepentingan materi atau bahkan kepentingan yang lebih besar lainnya.

Padahal jika kita kembali pada konteks ajaran agama, maka tidak ada satupun agama yang membenarkan perilaku perilaku negatif, meskipun itu atas alasan "demi agama". Maka pelaku pelaku yang menyebarkan provokasi dengan hasutan, berita palsu, tuduhan, dan konten negatif lainnya yang memunculkan perdebatan dan perpecahan tidak bisa dianggap sebagai pembela agama, melainkan sebagai perusak ajaran agama itu sendiri, sekaligus perusak negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun