Mohon tunggu...
yudi hermawanto
yudi hermawanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pecinta buku, belajar sedikit menulis, dan suka film fiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

LMS, Menyulitkan atau Memudahkan Guru?

9 September 2022   09:10 Diperbarui: 9 September 2022   09:18 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Kemampuan membuat perangkat pembelajaran yang rendah. Belum mampunya guru untuk membuat video pembelajaran secara mandiri, yang disesuaikan dengan kondisi siswa membuat mereka hanya sekedar copy paste semata.

Tidak salah juga sih, karena kemendikbud ristek pun juga menyediakan platform merdeka belajar/mengajar yang memungkinkan para guru memodifikasi bahan ajar, sehingga Guru tidak harus dipusingkan membuatnya sendiri.

Hanya saja untuk membuat satu bahan ajar, tentu harus disesauikan dengan materi pembelajarannya. Bukan sekedar memindahkan teks - teks dalam buku menjadi digital. Diibutuhkan kemampuan mengolahnya sehingga menjadi media pembelajaran yang interaktif.

4. Hanya mengandalkan 1 sumber informasi. Semakin terbuka interaksi dengan dunia luar baik masyarakat atau lembaga (dinas terkait) yang memaksa guru meninggalkan kelas, yang mengakibatkan jam kosong, menjadikan siswa kembali kemasa lalu, saat teknologi belum  digunakan secara masif.

Penugasan dilakukan dengan memberikan perintah mengerjakan soal “mandiri” yang telah ada pada  halaman sekian buku tersebut.

Analisa diatas menunjukkan bahwa LMS menjadi alternatif. Kebiasaan mempersiapkan bahan ajar hingga penilaian dalam 1 Lembar kerja secara digital mulai ditinggalkan.  Biasanya bermula dari ketidakstabilan internet saat membuat lembar soal dalam Microsoft Form 365 lalu mengintegrasikan ke dalam microsoft teams. Kegagalan itu menyebabkan sang Guru segera beralih manual ke paper based. Ia beranggapan dari pada waktu terbuang gegara upload, mending kembali menggunakan kertas.

Pengolahan nilai yang otomatis muncul dari hasil pengerjaan soal itu tak lantas memudahkan. Katakan saja nilai minimal yang wajib diperoleh siswa adalah 80. Jika nilai siswa berada dibawahnya, guru harus melakukan penyesuaian - penyesuaian dari nilai aslinya tersebut. Ini juga melelahkan, meski sebetulnya dengan program Excel perubahan itu dapat segera dilakukan.Namun tetap  tak banyak banyak guru yang menguasainya excel karena perhitungan excel butuh waktu untuk memahami dan mengaplikasikannya.

Publikasi hasil pembelajaran juga belum bisa diakses dengan mudah oleh orang tua. Saat berupa lembaran kertas, orang tua tinggal membubuhkan tanda tangan di atasnya sebagai tanda telah membaca dan memahami hasil yang dicapai oleh putra putrinya. Dengan classroom kesempatan itu tidaklah mudah. Selain tak adanya aplikasi, juga karena keengganan orang tua dalam memahami program itu. 

Jadi apakah LMS secara on line masih dibutuhkan, sekaligus mempermudah Guru dan Siswa dalam belajar ? 

Jawaban idealnya adalah tetap dibutuhkan.

LMS sejatinya adalah alat bantu yang memudahkan guru dan siswa dan belajar. Ia mengatur secara mekanis interaksi di antara keduanya dalam proses belajar mengajar. Kendala teknis dapat ditangani dengan mudah apabila sekolah berani menempatkan teknisi/ahli IT untuk membantu rekan guru dalam pembelajaran berbasis IT. LMS mampu mengorganisir semua kebutuhan pembelajaran dalam 1 tempat. Perihal komunikasi yang intensif, kedua - keduanya menyediakan fasilitas video konferensi yang dapat dilakukan secara real time. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun