Mohon tunggu...
yudi biantoro
yudi biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Penyuka kata-kata, pengejar diksi bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Studi Komparasi Sekolah Berbasis Budaya

10 Juli 2019   20:45 Diperbarui: 10 Juli 2019   20:47 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Rabu, 10 Juli 2019 menjadi momentum kolaborasi antar sekolah berbasis budaya. SMPN 7 Yogyakarta mewakili sekolah berbasis budaya Jawa dan SMPN 15 Bandung mewakili sekolah berbasis budaya Sunda. "Mengawali tumbuhnya cinta antar budaya semoga berkembang lebih erat setelahnya" adalah harapan dalam kegiatan ini.

"Wilujeng Sumping, Wilujeng Tepang" sebaris kalimat yang menyambut kepala sekolah, pengawas pembina serta 36 orang guru dan karyawan kontingen SMPN 7 Yogyakarta ketika pembukaan acara studi komparasi di Aula SMPN 15 Bandung. Bapak ibu guru menyambut memakai baju adat Sunda. Bapak guru memakai pangsi (baju adat Sunda berwarna hitam) dan Ibu guru memakai kebaya putih khas Sunda  untuk kentalnya nuansa budaya Sunda yang coba dihadirkan dalam acara pembukaan kali ini. Dalam tiap sesinya MC selalu menggunakan bahasa bahasa Sunda untuk makin mengentalkan nuansanya. "Masuk SMPN 15 Bandung langsung merasa senang dan berkesan, disambut siswa dan guru dalam suasana sekolah yang sejuk, apalagi disambut dengan suara alat musik Sunda yang merdu" sepenggal sambutan bapak Suyarta,S.Pd, Kepala Sekolah SMPN 7 Yogyakarta sebagai apresiasi terhadap penyambutan yang hangat dan menarik oleh sekolah ini.

Hj.Elin Karlina,S.Pd, M.MPd, Kepala SMPN 15 Bandung menyampaikan tentang konsep Bandung Masagi mengandung empat prinsip utama masyarakat Sunda dalam mengamalkan kehidupan, yakni silih asih (kemanusiaan), silih asah (mencerdaskan), silih asuh (mendampingi), dan silih wawangi  (menyampaikan hal-hal positif). Keempat prinsip tersebut diwujudkan ke dalam empat program utama, yakni cinta agama, jaga budaya, bela negara, dan cinta lingkungan. Adanya sekolah berbasis budaya di Bandung diharapkan mampu membuat remaja mencintai budaya nenek moyang nya sendiri meski tetap terbuka mengenal budaya luar.

Dalam pemaparan mengenai pendidikan di Yogyakarta, bapak Drs. Nur Widayat, M.Pd,, Pengawas Pembina SMPN 7 Yogyakarta memaparkan tentang Konsep Segoro Amarto yang merupakan akronim dari Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto, yang salah satunya diwujudkan dalam kesepakatan kerjasama antara Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sehingga memunculkan SMPN 7 Yogyakarta sebagai Labschool yang kemudian dimunculkan potensinya sebagai Sekolah Berbasis Budaya.  Penunjukan ini memberikan tanggung jawab kepada sekolah untuk mampu menjadi pionir dalam rangka pelestarian budaya Jawa.

Dalam acara tersebut juga ditampilkan profil masing-masing sekolah, yang menunjukkan keutuhan aktivitas sekolah dan keunggulan nya. SMPN 15 dengan salah satu prestasi ekstrakurikuler tari yang menjangkau sampai level nasional dan SMPN 7 yang memiliki keunggulan dalam seni rupa, musik dan tari. 

dokpri
dokpri
Menjadi puncak acara berupa penandatanganan nota kesepakatan kerjasama sekolah berbasis budaya yang berisi rencana kerja yang akan dilaksanakan kedepan.  Studi komparasi diakhiri dengan foto bersama dan ramah tamah sebagai penanda bahwa hubungan yang bersemi akan dikembangkan dan kedepan sehingga lebih maju dan erat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun