Mengingat Bandung, mengingatkan ku padanya. Betapa sederhana menemukan rasa, namun menjadi rumit setelahnya.Â
Takdir Nya berkata, kita adalah pertemuan matahari dan senja, sekedar bertemu untuk beriringan sementara. Kita menjadi angin dan mendung, pertemuannya menjadi pertauan asik, namun kemudian menyendiri.Â
Tak terbantahkan, kesederhanaan kita selalu indah. Kerumitan setelahnya menjadi resah dan gundah. Dan pada akhirnya kita tetap tak bisa bersama, kita berpisah.Â
Rasa-rasa, kesederhanaan mu membawa lelah yang tak kunjung terobati. Kerumitan mu tak hendak berhenti, hadir menghampiri ...
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!