Mohon tunggu...
yudi biantoro
yudi biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Penyuka kata-kata, pengejar diksi bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan Pemburu Wangi Hujan

25 Mei 2019   14:43 Diperbarui: 25 Mei 2019   15:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mengenalnya sebagai perempuan pemburu wangi hujan. Awal musim hujan adalah anugrah, bibit wangi hujan masih perawan. Baginya waktu waktu ini wanginya masih segar dan memberi kesan dibanding hujan-hujan lainnya. 

Mengalah wajahnya tertumbuk air hujan, berbasah. Penting dia merasakan yang pertama setelah kemarau yang melanda.  Wajah yang makin ayu ketika air menghias wajahnya, menjernihkan matanya, menyegarkan porinya dan tiap kali bulirnya menyentuh titik diwajahnya, hatinya menjadi sejuk dan tenang. 

Setauku dia merasa gersang, selama ini kemarau selalu melanda. Hatinya seperti musim musim tanpa hujan. Tika pun mendung hadir bukan membawa hujan, tapi membawa petir dan badai yang merusaknya. Hanya gelap yang pekat, mematikan api dan lentera. 

Dia tipikal petarung mati matian, tak sejengkal mundur meski hati sedang payah. Menanggung rasa gundah dan resah. Tiap kali bertemu, senyum selalu tersemat diwajah, seakan gersang ia simpan di lumbung jauh di padang gersang. semangat hidup yang anti mati, anti padam dan anti kering. 

kamu selalu indah seperti hujan hujan yang tiap hari menjumpaimu di musimnya. kamu selalu wangi diantara bulir air yang jatuh ke bumi. Perempuan pemburu wangi hujan.  

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun