Mohon tunggu...
yudi biantoro
yudi biantoro Mohon Tunggu... Guru - Guru BK

Penyuka kata-kata, pengejar diksi bermakna...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Kamu dan Batas

22 Februari 2019   18:10 Diperbarui: 22 Februari 2019   18:30 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Ingat, sewaktu bermandi hujan waktu itu, kita basah, tiap bulir airnya meresap, membawa rasa yang tersimpan hingga kini dan nanti

Aku tak lupakan, raut wajahmu yang kamu seka dengan punggung tanganmu, wajah mu cerah meski hujah tak tau malu ingin terus membelai wajahmu. Aku cemburu andaikan aku adalah hujan.


Sebentar, kita sebentar saja. Seperti hal nya hujan yang memainkan kita waktu itu.


Sesampai dirumahmu, kita menjadi sepasang yang syahdu, seperti dewasa yang sedang berpasangan. Aku malu dan kikuk.  Tapi rindu
Tapi sebatas itu saja, yang kita susun waktu itu, dan selesai.

..........


Kita berpisah tanpa perpisahan, tanpa putusan dan kejelasan.
Kita bawa rasa masing masing, tanpa definisi.
Dan batas batas sudah menutupi setelahnya, batas itu kokoh, tak bergeming
Aku disini
Kamu disana.

.........

Sekarang, saat ini kita sudah mampu mendefinisi apa yang dirasa, bahkan kita menjadi lupa, kita sudah punya definisi rasa yang lainnya yang mengikat. Kita terikat. 

Sudahlah, kita menyerah saja pada definisi itu, karena dia sudah jadi batas. Biar selesai meski barusan saja terdefinisi. 

Titik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun